makalah plasenta previa
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perdarahan pada kehamilan harus dianggap sebagai kelainan yang berbahaya
. Perdarahan pada kehamilan muda disebut sebagai abortus sedangkan perdarahan
pada kehamilan tua disebut perdarahan anterpartum. Plasenta previa adalah
plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim dan menutupi sebagian atau
seluruh ostium uteri internum. Angka kejadian plasenta previa adalah 0,4 – 0,6%
dari keseluruhan persalinan. Dengan penatalaksanaan dan perawatan yang baik,
mortalitas perinatal adalah 50 per 1000 kelahiran hidup.
Batas teoritis antara
kehamilan muda dengan kehamilan tua adalah 22 minggu mengingat kemungkinan
hidup janin diluar uterus. Perdarahan anterpartum biasanya berbatas pada
perdarahan jalan lahir setelah kehamilan 22 minggu tapi tidak jarang terjadi
pula pada usia kandungan kurang dari 22 minggu dengan patologis yang sama.
Perdarahan saat kehamilan setelah 22 minggu biasanya lebih berbahaya dan lebih
banyak daripada kehamilan sebelum 22 minggu . Oleh karena itu perlu penanganan
yang cukup berbeda . Perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya bersumber
pada kelainan plasenta, sedangkan perdarahan yang tidak bersumber pada kelainan
plasenta umpamanya kelainan serviks biasanya tidak seberapa berbahaya. Pada
setiap perdarahan anterpartum pertama-tama harus selalu dipikirkan bahwa hal
itu bersumber pada kelainan plasenta .
Perdarahan anterpartum
yang bersumber dari kelainan plasenta yang secara klinis biasanya tidak
terlampau sukar untuk menentukannya ialah plasenta previa dan solusio plasenta
serta perdarahan yang belum jelas sumbernya . Perdarahan anterpartum terjadi
kira-kira 3 % dari semua persalinan yang terbagi atas plasenta previa , solusio
plasenta dan perdarahan yang belum jelas penyebabnya .
Pada umumnya penderita
mengalami perdarahan pada triwulan tiga atau setelah usia kehamilan , namun
beberapa penderita mengalami perdarahan sedikit-sedikit kemungkinan tidak akan
tergesa-gesa datang untuk mendapatkan pertolongan karena disangka sebagai tanda
permulaan persalinan biasa. Baru setelah perdarahan yang berlangsung banyak ,
mereka datang untuk mendapatkan pertolongan .
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
PLASENTA PREVIA
A. DEFINISI
Plasenta previa merupakan plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada
segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan
rahim (ostium uteri internum). Secara harfiah berarti plasenta yang
implantasinya (nempelnya) tidak pada tempat yang seharusnya, yaitu di bagian
atas rahim dan menjauhi jalan lahir. Plasenta previa merupakan penyebab utama
perdarahan pada trimester ke III. Gejalanya berupa perdarahan tanpa rasa nyeri.
Timbulnya perdarahan akibat perbedaan kecepatan pertumbuhan antara segmen atas
rahim yang lebih cepat dibandingkan segmen bawah rahim yang lebih lambat.
Perdarahan ini akan lebih memicu
perdarahan yang lebih banyak akibat darah yang keluar (melalui trombin) akan
merangsang timbulnya kontraksi.
B. KLASIFIKASI
Klasifikasi plasenta previa berdasarkan terabanya jaringan plasenta
melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu:
1. Plasenta previa totalis : bila seluruh
pembukaan jalan lahir tertutup oleh plasenta.
2. Plasenta previa lateralis : bila hanya
sebagian pembukaan jalan lahir tertutup oleh plasenta.
3. Plasenta previa marginalis : bila
pinggir plasenta berada tepat pada pinggir pembukaan jalan lahir.
4. Plasenta previa letak rendah : bila
plasenta berada 3-4 cm diatas pinggir pembukaan jalan lahir.
C. ETIOLOGI
Penyebab
yang pasti belum diketahui dengan jelas. Plasenta bertumbuh pada segmen bawah uterus
tidak selalu jelas dapat diterangkan. Bahwasanya vaskularisasi yang berkurang
atau perubahan atropi pada desidual akibat persalinan yang lampau dapat
menyebabkan plasenta previa, tidaklah selalu benar . Memang dapat dimengerti
bahwa apabila aliran darah ke plasenta tidak cukup seperti pada kehamilan
kembar maka plasenta yang letaknya normal sekalipun akan memperluaskan
permukaannya sehingga mendekati atau menutupi sama sekali pembukaan jalan lahir
.
· Frekuensi
plasenta previa pada primigravida yang berumur lebih 35 tahun kira-kira 10 kali
lebih sering dibandingkan dengan primigravida yang berumur kurang dari 25
tahun. Pada grandemultipara yang berumur lebih dari 30 tahun kira-kira 4 kali
lebih sering dari grandemultipara yang berumur kurang dari 25 tahun.
· Endometrium
bercacat pada bekas persalinan berulang-ulang,
bekas operasi, curettage, dan manual placenta.
· Corpus luteum
bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap menerima hasil konsepsi.
· Adanya tumor;
mioma uteri, polip endometrium.
D. FAKTOR PREDISPOSISI DAN PRESIPITASI
Menurut Mochtar (1998), faktor
predisposisi dan presipitasi yang dapat mengakibatkan terjadinya plasenta previa
adalah :
1. Melebarnya
pertumbuhan plasenta :
o
Kehamilan kembar (gamelli).
o
Tumbuh kembang plasenta tipis.
2. Kurang
suburnya endometrium :
o
Malnutrisi ibu hamil.
o
Melebarnya plasenta karena gamelli.
o
Bekas seksio sesarea.
o
Sering dijumpai pada grandemultipara.
3. Terlambat
implantasi :
o
Endometrium fundus kurang subur.
o
Terlambatnya tumbuh kembang hasil konsepsi dalam bentuk blastula yang
siap untuk nidasi.
E. PATAFISIOLOGI
Pendarahan antepartum akibat plasenta
previa terjadi sejak kehamilan 10 minggu saat segmen bawah uterus
membentuk dari mulai melebar serta menipis, umumnya terjadi pada trismester
ketiga karena segmen bawah uterus lebih banyak mengalami perubahan pelebaran
segmen bawah uterus dan pembukaan servik menyebabkan sinus uterus robek karena
lepasnya plasenta dari dinding uterus atau karena robekan sinus marginalis dari
plasenta. Pendarahan tidak dapat dihindarkan karena ketidak mampuan serabut
otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi seperti pada plasenta letak normal.
Segmen bawah uterus, pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan serviks tidak
dapat diikuti oleh plasenta yang melekat di dinding uterus. Pada saat ini
dimulai terjadi perdarahan darah berwarna merah segar. (Mansjoer, 2002)
F. TANDA DAN GEJALA
Menururt
FKUI (2000), tanda dan gejala plasenta previa diantaranya adalah :
- Pendarahan tanpa sebab tanpa rasa nyeri dari biasanya dan berulang.
- Darah biasanya berwarna merah segar.
- Terjadi pada saat tidur atau saat melakukan aktivitas.
- Bagian terdepan janin tinggi (floating), sering dijumpai kelainan letak janin.
- Pendarahan pertama (first bleeding) biasanya tidak banyak dan tidak fatal, kecuali bila dilakukan periksa dalam sebelumnya. Tetapi perdarahan berikutnya (reccurent bleeding) biasanya lebih banyak.
G. KOMPLIKASI
Pada ibu dapat terjadi perdarahan hingga syok akibat perdarahan, anemia karena perdarahan. Plasentitis, dan endometritis pasca persalinan. Pada janin biasanya terjadi persalinan premature dan komplikasinya seperti asfiksia berat.
Pada ibu dapat terjadi perdarahan hingga syok akibat perdarahan, anemia karena perdarahan. Plasentitis, dan endometritis pasca persalinan. Pada janin biasanya terjadi persalinan premature dan komplikasinya seperti asfiksia berat.
H. PENATALAKSANAAN
1.
Terapi ekspektatif
·
Tujuan terapi ekspektatif ialah agar janin tidak terlahir premature,
penderita dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis servisis.
Upaya diagnosis dilakukan secara non-invasif. Pemantauan klinis dilaksanakan
secara ketat dan baik.
Syarat-syarat
terapi ekspresif:
Ø Kehamilan
preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti,
Ø Belum ada
tanda-tanda in partum,
Ø Keadaan umum
ibu cukup baik (kadar hemoglobin dalam batas normal),
Ø Janin masih
hidup.
·
Rawat inap, tirah baring dan berikan antibiotic profilaksis.
·
Lakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui implantasi plasenta, usia
kehamilan, profil biofisik, letak dan presentasi janin.
·
Berikan tokolitik bila ada kontraksi:
Ø
MgSO 4 IV dosis awal dilanjutkan 4 g setiap 6 jam.
Ø
Nifedipin 3 x 20 mg/hari.
Ø
Betamethason 24 mg IV dosis tunggal untuk pematangan paru janin.
·
Uji pematangan paru janin dengan tes kocok (Bubble tes)dari hasil
amniosentesis.
·
Bila setelah usia kehamilan diatas 34 minggu, plasenta masih berada
disekitar ostium uteri internum, maka dugaan plasenta previa menjadi jelas,
sehingga perlu dilakukan observasi dan konseling untuk menghadapi kemungkinan
keadaan gawat darurat.
·
Bila perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu masih lama,
pasien dapat di pulangkan untuk rawat jalan (kecuali apabila rumah pasien di
luar kota dan jarak untuk mencapai rumah sakit lebih dari 2 jam) dengan pesan
untuk segera kembali ke rumah sakit apabila terjadi perdarahan ulang.
2.
Terapi aktif (tindakan segera)
·
Wanita hamil di atas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam yang aktif
dan banyak, harus segera ditatalaksana secara aktif tanpa memandang maturitas
janin.
·
Untuk diagnosis plasenta previa dan menentukan cara menyelesaikan
persalinan, setelah semua persyaratan dipenuhi, lakukan PDMO jika:
1.
Infuse/transfuse telah terpasang, kamar dan Tim Operasi telah siap.
2.
Kehamilan ≥ 37 minggu (berat badan ≥ 2500 gram) dan in partum, atau
3.
Janin telah meninggal atau terdapat anomaly congenital mayor (misal,
anensefali)
4.
Perdarahan dengan bagian terbawah
janin telah jauh melewati pintu atas panggul (2/5 atau 3/5 pada palpasi luar).
I.
CARA MENYELESAIKAN PERSALINAN DENGAN PLASENTA PREVIA IALAH:
Ø Seksio
sesarea
1.
Prinsip utama dalam melakukan seksio sesarea adalah untuk menyelamatkan
ibu, sehingga walaupun janin meninggal atau tak punya harapan untuk hidup,
tindakan ini tetap dilakukan.
2.
Tujuan seksio sesarea:
o Melahirkan janin
dengan segera sehingga uterus dapat segera berkontraksi dan menghentikan perdarahan.
o Menghindarkan
kemungkinan terjadinya robekan pada serviks uteri, jika janin dilahirkan
pervaginam.
3.
Tempat implantasi plasenta previa terdapat banyak vaskularisai sehingga
serviks uteri dan segmen bawah rahim menjadi tipis dan mudah robek, selain itu,
bekas tempat implantasi plasenta sering menjadi sumber perdarahan karena adanya
perbedaan vaskularisasi dan susunan serabut otot dengan korpus uteri.
4.
Siapkan darah pengganti untuk stabilisasi dan pemulihan kondisi ibu.
5.
Lakukan perawatan lanjut pasca bedah termasuk pemantauan perdarahan,
infeksi dan keseimbangan cairan masuk-keluar.
Ø Melahirkan
pervaginam
Perdarahan akan
berhenti jika ada penekanan pada plasenta. Penekanan tersebut dapat dilakukan
dengan cara-cara sebagai berikut:
·
Amniotomi dan akselerasi
Umumnya
dilakukan pada plasenta previa lateralis/marginalis dengan pembukaan > 3 cm
serta presentasi kepala. Dengan memecah ketuban, plasenta akan mengikuti segmen
bawah rahim dan ditekan oleh kepala janin. Jika kontraksi uterus belum ada atau
masih lemah, akselerasi dengan infuse oksitosin.
·
Versi Braxton Hicks
Tujuan melakukan
versi Braxton hicks ialah mengadakan temponade plasenta dengan bokong (dan
kaki) janin. Versi Braxton hicks tidak dilakukan pada janin yang masih hidup.
·
Traksi dengan Cunam Willet
Kulit kepala
janin dijepit dengan cunam willet, kemudian beri beban secukupnya sampai
perdarahan berhenti. Tindakan ini kurang efektif untuk menekan plasenta dan
sering kali menyebabkan perdarahan pada kulit kepela. Tindakan ini biasanya
dikerjakan pada janin yang telah meninggal dan perdarahan yang tidak aktif.
BAB III
TINJAUAN MEDIK
A. Pengkajian
1.
Anamneses
·
Gejala pertama; perdarahan pada kehamilan setelah 28 minggu/trimester
III
·
Sifat perdarahan; tanpa sebab, tanpa nyeri, berulang.
·
Sebab perdarahan; placenta dan pembuluh darah yang robek; terbentuknya SBR, terbukanya
osteum/manspulasi intravaginal/rectal.
·
Sedikit banyaknya perdarahan; tergantung besar atau kecilnya robekan
pembuluh darah dan
placenta.
2.
Inspeksi
·
Dapat dilihat perdarahan pervaginam banyak atau sedikit.
·
Jika perdarahan lebih banyak; ibu tampak anemia.
3.
Palpasi abdomen
·
Janin sering belum cukup bulan; TFU masih rendah.
·
Sering dijumpai kesalahan letak
·
Bagian terbawah janin belum
turun, apabila letak kepala
biasanya kepala masih goyang/floating.
4.
Pemeriksaan Luar. Bagian bawah janin biasanya belum masuk pintu atas
panggul presentasi kepala, biasanya kepala masih terapung di atas pintu atas
panggul mengelak ke samping dan sukar didorong ke dalam pintu atas panggul.
5.
Pemeriksaan In Spekulo. Pemeriksaan bertujuan untuk mengetahui apakah
perdarahan berasal dari osteum uteri eksternum atau dari ostium uteri
eksternum, adanya plasenta previa harus
dicurigai.
6.
Penentuan Letak Plasenta Tidak Langsung. Penentuan letak plasenta secara
tidak langsung dapat dilakukan radiografi, radioisotope, dan ultrasonagrafi.
Ultrasonagrafi penentuan letak plasenta dengan cara ini ternyata sangat tepat,
tidak menimbulkan bahaya radiasi bagi ibu dan janinnya dan tidak menimbulkan
rasa nyeri
7.
Pemeriksaan Ultrasonografi. Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan
implantasi plasenta atau jarak tepi plasenta terhadap ostium bila jarak tepi 5 cm
disebut plasenta letak rendah.
B.
Diagnosa Keperawatan:
1.
Resiko
kekurangan
volume cairan
sehubungan dengan adanya perdarahan.
2.
Resiko
terjadi distress janin sehubungan dengan kelainan letak placenta.
3.
Potensial terjadi shock hipovolemik sehubungan dengan adanya
perdarahan.
4.
Ganguan pemenuhan kebutuhan personal hygiene sehubungan dengan
aktivitas yang terbatas.
5.
Gangguan
psikologis cemas sehubungan dengan kurangnya
pengetahuan tentang kehamilan yang bermasalah.
C. Intervensi:
Ø Dx 1: Resiko kekurangan cairan
sehubungan dengan adanya perdarahan.
a.
Kaji tentang banyaknya pengeluaran caiaran (perdarahan).
b.
Observasi tanda-tanda vital.
c.
Observasi tanda-tanda kekurangan cairan dan monitor perdarahan.
d.
Pantau kadar elektrolit darah.
e.
Periksa golongan darah untuk antisipasi transfusi.
f.
Jelaskan pada klien untuk mempertahankan cairan yang masuk dengan banyak
minum.
g.
Kolaborasi dengan dokter sehubungan dengan letak placenta.
Ø Dx 2: Resiko
terjadi distress janin sehubungan dengan kelainan letak placenta.
a.
Observasi tanda-tanda vital.
b.
Monitor perdarahan dan status janin.
c.
Pertahankan hidrasi.
d.
Pertahankan tirah baring.
e.
Persiapkan untuk section caesaria .
Ø Dx 3:
Potensial terjadi shock hipovolemik sehubungan dengan adanya perdarahan.
a.
Observasi tanda-tanda terjadinya shock hipolemik.
b.
Kaji tentang banyaknya pengeluaran cairan (perdarahan).
c.
Observasi tanda-tanda vital.
d.
Observasi tanda-tanda kekurangan cairan dan monitor perdarahan.
e.
Pantau kadar elektrolit darah.
f.
Periksa golongan darah untuk antisipasi transfusi.
g.
Jelaskan pada klien untuk mempertahankan cairan yang masuk dengan banyak
minum.
Ø Dx 4: Ganguan
pemenuhan kebutuhan personal hygiene sehubungan dengan aktivitas yang
terbatas.
a.
Berikan penjelasan tentang pentingnya personal hygiene
b.
Berikan motivasi untuk tetap menjaga personal hygiene tanpa melakukan
aktivitas yang berlebihan
c.
Beri sarana penunjang atau mandikan klien bila klien masih harus bedrest.
Ø Dx 5: Gangguan
psikologis cemas
sehubungan dengan kurangnya pengetahuan
tentang kehamilan yang bermasalah..
a.
Beri dukungan dan pendidikan untuk menurunkan kecemasan dan meningkatkan pemahaman
dan kerja sama dengan tetap memberikan
informasi tentang status janin, mendengar
dengan penuh perhatian, mempertahankan kontak mata dan berkomunikasi dengan tenang,
hangat dan empati yang tepat.
b.
Pertahankan hubungan saling percaya dengan
komunikasi
terbuka. Hubungan rasa saling percaya
terjalin antara perawat
dan klien akan membuat
klien mudah mengungkapkan perasaannya dan mau
bekerja sama.
c.
Jelaskan tentang proses perawatan dan
prognosa penyakit secara bertahap. Dengan
mengerti tentang proses perawatan dan prognosa penyakit akan memberikan rasa
tenang.
d.
Identifikasi koping yang konstruksi dan kuatkan. Dengan identifikasi dan
alternatif
koping akan membantu klien dalam menyelesaikan masalahnya.
e.
Lakukan kunjungan secara teratur untuk memberikan support system. Dengan
support system akan membuat klien merasa optimis tentang kesembuhannya.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah
rahim dan menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum. Angka kejadian
plasenta previa adalah 0,4 – 0,6% dari keseluruhan persalinan. Dengan
penatalaksanaan dan perawatan yang baik, mortalitas perinatal adalah 50 per
1000 kelahiran hidup. Untuk itu, pada kehamilan usia > 35 tahun, hamil usia
dini dan pada wanita dengan kecacatan endomentrium akibat persalinan berulang
atau currettage harus lebih waspada terhadap terjadinya plasenta previa.
No comments:
Post a Comment