Perdarahan Ante Partum
·
Solusio Plasenta
·
Plasenta Previa
·
Insersio Pelamentosa
·
Ruptura Sinus Marginalis
·
Plasenta Sirkum Valata
Kelainan Dalam Lamanya Kehamilan
·
Prematur
·
Postmatur
·
Intra Uterine Growth Retardation (IUGR)
·
Intra Uterine Fetal Death ( IUFD )
·
Kehamilan ganda
D
I
S
U
S
U
N
Oleh :
Lusia Natalis Pinem
Lusia Natalis Pinem
Santa Sisilia M.J. Bangun
Fita Saragih
Dosen Pembimbing : Sri Wahjuni SB,S.SiT,MPH
AKADEMI KEBIDANAN PEMKO TEBING TINGGI
T/A :20012/2013
PERDARAHAN ANTEPARTUM
DEFINISI
Perdarahan pada kehamilan harus selalu
dianggap sebagai kelainan yang berbahaya. Perdarahan pada kehamilan muda
disebut keguguran atau abortus, sedangkan pada kehamilan tua disebut perdarahan
antepartum. Batas teoritis kehamilan muda dan kehamilan tua ialah kehamilan 22
minggu, mengingat kemungkinan hidup diluar uterus.
Perdarahan
antepartum biasanya dibatasi pada perdarahan jalan lahir setelah kehamilan 22
minggu, walaupun patologis yang sama dapat pula terjadi pada kehamilan sebelum 22
minggu. Perdarahan setelah kehamilan22 minggu biasanya lebih banyak dan lebih
berbahaya dari pada sebelum kehamilan 22 minggu, oleh karena itu, perlu
diberikan penanganan yang berbeda. Perdarahan anterpatum yang bersumber pada
kelainan plasenta, yang secara klinis biasanya tidak terlampau sukar untuk
menentukannya ialah plasenta previa dan solusio plasenta ( atau abrupsio
plasenta ). Oleh karena itu, klasifikasi klinis perdarahan anterpartum dibagi
sebagai berikut : 1) plasenta previa, 2) solusia plasenta ,3) perdarahan
anterpartum yang belum jelas sumbernya. Perdarahan anterpatum yang belum jelas
sumbernya itu mungkin oleh rupture sinus marginalis yang biasanya tanda dan
gejalanya tidak seberapa khas. Mungkin juga karena plasenta letak rendah atau
vasa previa. Plasenta letak rendah baru menimbulkan perdarahan antepartum pada
akhir kehamilan atau pada permulaan persalinan. Vasa previa baru menimbulkan
perdarahan antepartum setelah pemecahan selaput ketuban. Perdarahan yang
bersumber pada kelainan serviks dan vagina biasanya dapat diketahui apabila
dilakukan pemeriksaan dengan speculum yang seksama. Kelainan-kelainan yang
mungkin tampak ialah erosion porsionis uteri, karsinoma porsionis uteri, arises
vulva, dan trauma.
Pada
umumnya penderita mengalami perdarahan pada triwulan 3, atau setelah kehamilan
28 minggu. Setiap perdarahan pada kehamilan lebih dari 22 minggu yang lebih
banyak dari perdarahan yang biasanya terjadi pada permulaan persalinan biasa,
harus dianggap sebagai perdarahan antepartum. Apapun penyebabnya, penderita
harus segera dibawa ke rumah sakit yang memiliki fasilitas untuk transfuse
darah dan operasi. Jangan sekali-sekali melakukan pemeriksaan dalam pada
penderita atau ditempat yang tidak memungkinkan tindakan operatif segera karena
pemeriksaan itu dapat menambah banyak perdarahan. Pemasangan tempon pada vagina
tidak berguna sama sekali untuk menghentikan perdarahan, malahan akan menambah
jumlah perdarahan karena sentuhan pada serviks sewaktu pemasangannya. Selagi
sebelum jatuh kedalam keadaan syok, infus cairan intravena harus segera di
pasang, dan diperhatikan terus segera dipasang, dan dipertahankan terus sampai
tiba di rumah sakit. Memasang jarum infus kedalam pembuluh darah sebelum
terjadi syok akan jauh memudahkan transfuse darah, apabila sewaktu-waktu
dibutuhkan.Segara setelah tiba di rumah sakit, usaha pengadaan darah harus
dilakukan walaupun perdarahanya tidak seberapa banyak. Pengambilan contoh darah
penderita untuk pemeriksaan golongan darahnya, dan pemeriksaan kecocokan dengan
donornya harus segera dilakukan. Dalam keadaan darurat pemeriksaan seperti itu
mungkin terpaksa ditunda karena tidak sempat dilakukan sehingga terpaksa
langsung mentransfusikan darah yang golongannya sama dengan golongan darah
penderita, atau mentransfusikan darah golongan O rhesus positif, dengan penuhi
kesadaran akan segera bahayanya. Pertolongan selanjutnya dirumah sakit
tergantung dari paritas, tuanya kehamilan, banyaknya perdarahan, keadaan ibu,
keadaan janin, sudah atau belum mulainya persalinan, dan diagnosis yang
ditegangkan.
( Rukiyah, Ai Yeyeh.
2011. “Patologi Kebidanan”)
KLASIFIKASI
Perdarahan antepartum
dapat dibagi antara lain :
1.
Kelainan plasenta
Yaitu
plasenta previa, solusio plasenta, atau perdarahan ante partum yang belum jelas
sumbernya, seperti :
·
Insersio Velamentosa
·
Rupture sinus
marginalis
·
Plasenta sirkumvalata
2.
Kelainan serviks dan
vagina, biasanya tidak begitu berbahaya.
(Mochtar,
Rustam. 1998. ”Sinopsis Obstetri”)
A.
SOLUSIO
PLASENTA
1.
DEFINISI
Solusio
Plasnta merupakan terlepsnya plasenta yang letaknya normal pada korpus uteri
yang terlepas dari perlekatannya sebelum janin lahir. Kejadian ini sering
terjadi dalam kehamilan triwulan ketiga dan bisa juga pada setiap saat dalam
kehamilan >22 minggu dengan
berat janin >500 gr disertai dengan pembekuan darah. (rustan 2002)
KLASIFIKASI
Menurut
cara lepas, dibagi menjadi :
1.
Solusio Plasenta Parsialis,
dimana hanya sebagian kecil pinggir plasenta yang terlepas dari tempat
perlekatannya.
2.
Solusio Plasenta
totalis atau komplit, dimana plasenta terlepas seluruh dari tempat
perlekatannya.
a.
Secara Klinis dibagi
mejadi :
1. Solusio
Plasenta ringan, yakni rupture sinus marginalis atau terlepasnya sebagian kecil
plasenta yang tidak berdarah banyak, sama sekali tidak mempengaruhi ibu dan
janinnya. Dengan gejala : perdarahan pervaginam yang berwarna kehitaman dan
sedikit sekali, perut agak terasa sakit dan agak tegang.
2. Solusio
Plasenta sedang, plasenta lebih dari seperempat tetapi belum sampai dua pertiga
luas permukaannya, ditandai perdarahan pervaginam kehitaman, perut mendadak
sakit, nyeri tekan uterus.
3. Solusio
Plasenta berat, plasenta lebih dari dua pertiga permukaannya, erjadinya sangat
tiba-tiba, biasanya ibu syok dan janinnya telah meninggal.
(
Rukiyah, Ai Yeyeh. 2011. “Patologi Kebidanan”)
b.
Ada yang membagi menurut
penyebabnya, yaitu :
1.
Non toksik : biasanya
ringan dan terjadi sewaktu partus.
2.
Toksik : lebih parah,
terjadi pada trimester III dan terjadi kelainan-kelainan orgaik.
(Mochtar,
Rustam. 1998. ”Sinopsis Obstetri”)
3.
ETIOLOGI
Solusio plasenta hingga kini belum diketahui dengan jelas,walaupun beberapa keadaan tertentu dapat menyertai seperti:umur ibu yang tua >35 tahun, karena kekuatan rahim ibu berkurang pada multiparitas; penyakit hipertensi menahun, kerena peredaran darah ibu terganggu sehingga suplay darah kejanin tidak ada; trauma abdomen, seperti terjatuh telungkub, tentangan anak yang sedang digendong. Karena pengecilan yang tiba-tiba pada hidramnion dan gemeli; tali pusat yang pendek, karena pergerakan janin yang banyak atau bebas; setelah versi luar sehingga terlepasnya plasenta, karena tarikan tali pusat.
Solusio plasenta hingga kini belum diketahui dengan jelas,walaupun beberapa keadaan tertentu dapat menyertai seperti:umur ibu yang tua >35 tahun, karena kekuatan rahim ibu berkurang pada multiparitas; penyakit hipertensi menahun, kerena peredaran darah ibu terganggu sehingga suplay darah kejanin tidak ada; trauma abdomen, seperti terjatuh telungkub, tentangan anak yang sedang digendong. Karena pengecilan yang tiba-tiba pada hidramnion dan gemeli; tali pusat yang pendek, karena pergerakan janin yang banyak atau bebas; setelah versi luar sehingga terlepasnya plasenta, karena tarikan tali pusat.
(
Rukiyah, Ai Yeyeh. 2011. “Patologi Kebidanan”)
4.
DIAGNOSA
Diagnosa yang dapat
diambil yaitu antara lain :
1.
Solusio Plasenta
2.
Plasenta Previa
3.
Ruptura Uteri
5.
KOMPIKASI-KOMPLIKASI
1.
Komplikasi Langsung
( Immediate )
Yaitu
perdarahan, infeksi dan emboli dan syok obstetric.
2.
Komplikasi tidak
Langsung ( delayed )
a.
Couvelair uterus,
sehingga kontraksi tidak baik yang menyebabkan terjadinya
perdaraha postpartum.
b.
Hipo-fibrinogenemia
dengan perdarahan postpartum.
c.
Nekrosis korteks
renalis, menyebabkan anuria dan uremia.
d.
Keruakan-kerusakan
organ seperti hati,hipofisis, dll.
(Mochtar, Rustam. 1998. ”Sinopsis
Obstetri”)
6.
PATOFISIOLOGI
Perdarahan dapat terjadi dari pembuluh darah atau uterus yang membentuk hemotoma pada desidua, sehingga plasenta terdesak dan akhirnya terlepas. Apabila perdarahan sedikit, hemotoma yang kecil itu hanya akan mendesak jaringan plasenta, perdarahan darah antara uterus dan plasenta belum terganggu, dan tanda serta gejala pun tidak jelas. Kejadian baru diketahui setelah plasenta lahir, yang pada pemeriksaan didapatkan sekungan pada permukaan maternalnya dengan bekuan darah yang berwarna kehitam-hitaman.Biasanya perdarahan akan berlangsung terus-menerus karena otot uterus yang telah meregang oleh kehamilan itu tidak mampu untuk lebih berkontraksi menghentikan perdarahannya.Akibatnya, hematoma retroplasenter akan bertambah besar, sehinnga darah akam menyuludup di bawah selaput ketuban keluar dari vagina atau menebus selaput ketuban masuk kedalam kantong ketuban atau mengadakan ekstravasasi diantara serabut-serabut otot uterus.
Apabila ekstravasasinya berlangsung hebat, maka seluruh permukaan uterus akan berbercak biru atau ungu.hal ini disebut uterus couvelaire (perut terasa sangat tegang
Perdarahan dapat terjadi dari pembuluh darah atau uterus yang membentuk hemotoma pada desidua, sehingga plasenta terdesak dan akhirnya terlepas. Apabila perdarahan sedikit, hemotoma yang kecil itu hanya akan mendesak jaringan plasenta, perdarahan darah antara uterus dan plasenta belum terganggu, dan tanda serta gejala pun tidak jelas. Kejadian baru diketahui setelah plasenta lahir, yang pada pemeriksaan didapatkan sekungan pada permukaan maternalnya dengan bekuan darah yang berwarna kehitam-hitaman.Biasanya perdarahan akan berlangsung terus-menerus karena otot uterus yang telah meregang oleh kehamilan itu tidak mampu untuk lebih berkontraksi menghentikan perdarahannya.Akibatnya, hematoma retroplasenter akan bertambah besar, sehinnga darah akam menyuludup di bawah selaput ketuban keluar dari vagina atau menebus selaput ketuban masuk kedalam kantong ketuban atau mengadakan ekstravasasi diantara serabut-serabut otot uterus.
Apabila ekstravasasinya berlangsung hebat, maka seluruh permukaan uterus akan berbercak biru atau ungu.hal ini disebut uterus couvelaire (perut terasa sangat tegang
dan nyeri), akibat kerusakan jarinagan miometrium dan pembekuan
retroplasenter, maka
banyak trabosit akan masuk kedalam peredaran darah ibu,
sehinnga terjkadi pembekuan intravaskuler dimana-mana,
yang akan menghabiskan sebagian besar persediaan fibrinogen.
Akibatnya, terjadi hipofibrinogenemi yang menyebabkan gangguan pembekuan darah tidak
hanya di uterus, akan
tetapi juga pada alat-alat tubuh lainnya.
(
Rukiyah, Ai Yeyeh. 2011. “Patologi Kebidanan”)
7.
PENANGANAN
Penanganan pada
pasien yang mengalami solusio plasenta tergantungpada berat ringannya kejadian,
dibawah ini akan dijelaskan antara lain :
1.
Pada kondisi solusio
plasenta ringan, jika keadaan janin masih banyak dilakukan penanganan secara
koservatif kemudian menganjurkan ibu untuk melakukan semi fowler (setengah
duduk) lalu mengobservasi tanda-tanda vital setiap 15 menit dan memantau denyut
jantung bayi.
2.
Inspeksi tempat
perdarahan, mengajarkan ibu untuk melakukan pemeriksaan cardiotopograf ( CTG )
untuk memonitor keadaan janin.
Gambar : Solusio
Plasenta
B.
PLASENTA PREVIA
1.
DEFINISI
Plasenta previa adalah plasenta ada
didepan janin lahir (prae=didepan;vias;jalan).jadi yang dimaksud adalah adalah
plasenta yang implatasinya tidak normal ialah rendah sekali sehinnga menutupi
seluruh atau sebagian ostium internum.implantasinya plasenta yang normal adalah
pada dinding depan atau dinding belakang rahim didaerah fundus
uteri.(winknjosastro,1999).
(
Rukiyah, Ai Yeyeh. 2011. “Patologi Kebidanan”)
2.
KLASIFIKASI
Ada
beberapa penulisan yang menganjurkan bahwa penegakn diagnose adalah sewaktu
moment opname yaitu tatkala penderiksa diperiksa.
Menurut
de snoo, berdasarkan pada pembukaan 4-5 cm :
1.
Plasenta Previa
sentralis, bila pembukaan teraba plasenta menutupi seluruh ostium.
2.
Plasenta Previa
lateralis, bila permukaan ditutupi oleh plasenta, dan ini dapat dibagi mejadi:
a.
Plasenta Previa
Lateralis Posterior : bila sebagian osteum menutupi bagian belakang.
b.
Plasenta Previa
Lateralis Anterior : bila sebagian osteum menutupi bagian depan.
c.
Plasenta Maginalis : bila
sebagia kecil atau hanya pinggir osteum yang ditutupi plasenta.
Menurut
Browne :
a.
Tingkat I : Lateral
Plasenta Previa
Pinggir
bawah plasenta berinsersi sampai ke segmen bawah rahim, namun tidak sampai ke
pinggir pembukaan.
b.
Tingkat II : Marginal
Plasenta Previa
Plasenta
sampai mencapai pinggir pembukaan (osteum).
c.
Tingkat III : Complete
Plasenta Previa
Plasenta
menutupi osteum waktu tertutup, dan tidak menutupi bila pembukaan hamper
lengkap.
d.
Tingkat IV : Central
Plasenta Previa
Plasenta
menutupi seluruhnya pada bagian pembukaa hamper lengkap.
3.
ETIOLOGI
Disamping
masih banyak penyebab plasenta previa yang belum diketahui atau blum jelas, bermacam-macam teori dan factor
dikemukakan sebagai etiologinya.
1.
Endometrium yang
inferior
2.
Korion leave yang persisten
3.
Korpus lueum yang
bereaksi lambat.
FACTOR-FAKTOR
ETILOGI ADALAH SEBAGAI BERIKUT :
a.
Umur dan paritas
-
Primigarvida, umur
diatas 35 tahun lebih sering daripada umur dibawah 25 tahun.
-
Lebih sering pada
paritas tinggi daripada rendah.
-
Di Indonesia menurut
Toha, Plasenta perevia banyak dijumpai pada umur muda dan paritas kecil.
b.
Hipoplasia Endometrium
: bila kawin dan hamil pada umur muda.
c.
Endometrium cacat pada
bekas persalinan yang berulang-ulang, bekas operasi, kuretase, dan manual
plasenta.
d.
Korpus Luteum
berkontraksi lambat, dimana endometrium belum siap menerima hasil konsepsi.
e.
Tumor, seperti mioma
uteri, polip endometrium.
f.
Kadang-kadang pada
malnutrisi.
(Mochtar,
Rustam. 1998. ”Sinopsis Obstetri”)
4.
GAMBARAN
KLINIK
Perdarahan
tanpa alas an dan tanpa nyeri merupakan gejala utama dan pertama pada plasenta
previa. Perdrahan dapat terjadi selagi penderita tidur atau bekerja biasa.
Perdarahan pertama biasanya tidak banyak, sehingga tidak akan berakibat fatal.
Akan tetapi, perdarahan berikutnya hamper selalu lebih banyakdaripada
sebelumnya, apalagi kalau sebelumnyadilakukan pemeriksaan dalam.
Dengan bertambahnya tua kehamilan,
segmen bawah rahim akan lebih melebar lagi, da seviks mulai membuka, apabila
plasenta tumbuh pada segmen bawah uterus, pelebaran segmen bawah uterus dan
pembukaan servikstidak dapat diikuti oleh plasenta yang melekat disitutahap
terlepasnya sebagian plasenta dari dinding uterus.
Makin rendah letak
plasenta, makin dini perdarahan terjadi, oleh karena itu, perdarahan pada
plasenta previa totalis akan terjadi lebih dini daripada plasenta lebih rendah,
yang mungkin baruberdarah setelah persalinan mulai.
5.
DIAGNOSE
Untuk
mengejan diagnose pasti kejadian plasenta previa maka hal-hal dibawah ini hars
dilakukan, antara lain :
1.
Anamneses : perdarahan
jalan lahir pada kehamilan setelah 2 minggu berlangsung tanpa nyeri, tanpa
alasan, terutama pada multigravida.
2.
Inspeksi : dapat
dilihat perdarahan yang kelua pervaginam banyak sedikit atau darah beku.
3.
Pemeriksaan fisik ibu :
tanda-tanda vital ibu.
6.
PENANGANAN
1.
Penanganan plasenta
previa leteralis dan marginalis
a.
Lakukan amniotomi
b.
Berikan oksitosin
setiap setengah jam 2,5 satuan.
c.
Bila dengan amniotomi
perdarahan belum berhenti lakukan versi Braxton hicks.
d.
Bila perdarahan belum
berhenti lakukan secio sesariea.
(Mochtar,
Rustam. 1998. ”Sinopsis Obstetri”)
Gambar : Plasenta
Previa
C.
INSERSIO
VELAMENTOSA
1.
DEFINISI
Insersio velamentosa
adalah tali pusat yang tidak berinsersi pada jaringan plasenta, tetapi pada
selaput janin sehingga pembuluh darah umbilicus berjalan diantara amnion dan
korion menuju plasenta. (Sarwono, Ilmu Kebidanan. 2005 ).
2.
ETIOLOGI
Insertio velamentosa
ini biasanya terjadi pada kehamilan ganda, sumber makanan ada pada plasenta
akan menjadi rebutan oleh janin, sehingga dengan adanya rebutan tersebut akan
mempengaruhi kepenanaman tali pusat (insersi).
3.
PATOFISIOLOGI
Pada insertio
velamentosa ali pusa yang dihubungkan dengn plasenta oleh pembuluh-pembuluh
darah yang berjalan dengan selaput janin. Kalau pembuluh darah tersebut
berjalan ddaerah osteum uteri internum maka disebut vasa previa. Hal ini dapt
berbahaya bagi janin, karena bila ketuban pecah pada permukaan persalinan,
pembuluh darh dapt terkoyak dan terjadi perdarahan.
4.
TANDA
DAN GEJALA
Tanda
dan gejala belum diketahui pasti, perdarahan pada insersi velamentosa ini
terlihat jika telah terjadi vasa previa yaitu perdarahan segera setelah ketuban
pecah dan karena perdarahan ini berasal dari anak.
Satu-satunya
cara mengetahui adanya insetio velamentosa ini disebut terjadinya
perdarahan adalah USG.
(
Rukiyah, Ai Yeyeh. 2011. “Patologi Kebidanan”)
Gambar : Insersio Velamentosa
D.
RUPTURA
SINUS MARGINALIS
1.
DEFINISI
Rupture
Sinus Marginalis atau disebut juga Solusio Plasenta ringan, dimana terdapat
pelepasan sebagian keciil plasenta yang tidak berdarah banyak. Apabila terjadi
perdarahan pervaginam, wananya kehitaman-hitaman dan sedikit sakit. Tekanan
darah tinggi dan tidak ada gawat janin. Salah satunya tanda yang menimbulkan
kecurigaan adanya solusio plasenta ringan adalah perdarahan pervaginam yang
berwarna kehita-hitaman. ( Sarwono. 2005 ).
2.
PREDISPOISI
Penyebab
primer rupture sinus marginalis belum diketahui secara pasti, namun ada
beberapa factor yang menjadi predisposisi :
1.
Factor trauma,
2.
Factor usia ibu,
3.
Factor penggunaan
kokain,
4.
Factor kebiasaan
merokok,
5.
Riwayat plasenta previa
sebelumnya,
6.
Meskipun penyebarannya sampai
kini belum diketahui dengan pasti, tetapi lebih kepada perlekatan plasenta dan
usia kehamilan yang semakin tua terjadi pada pertengahan segmen bawah rahim,
pembuluh darah robek. Letaknya mendekati atau menutup sama sekali pembukaan
jalan lahir.
(
Sarwono, Prawirohardjo. Ilumu Kandungan. 2005 )
3.
DIAGNOSIS
Dari
hasil anamneses terdapat perdarahan pervaginam, warnanya kehitam-hitaman dan
sedikit sakit. Perut terasa agak sakit dan tegang. Pada waktu persalinan,
perdarahan terjadi tanpa sakit dan menjelang pembukaan lengkap peru di fikirkan
kemungkinan perdarahan karena sinus marginalis yang pecah.
4.
PROGNOSIS
Prognosis
pada ibu sangat tergantung pada luasnya plasenta yang terlepas dari dinding
uterus. Prognosis janin pada rupture sinus marginalis kematian janin tergantung
dari luasnya plasenta yang terlepas dari dinding uterus dan tua kehamilan.
5.
MANIFESTASI
KLINIK
Upturn
sinus margnalis sama sekali tidak mempengaruhi keadaan ibu ataupun janinnya.
Apabila terjadi perdarahan pervaginam, warnanya akan kehitam-hitaman dan jumlah
sedikit sekali, perut teras agak sakit. Salah satu tanda yang menimbulkan
kecurigaan adanya solusio plasenta ringin ini adalah perdarahan pervaginam yang
berbeda dengan plasenta previa yang
berwarna merah segar.
Gambar : Rupture Sinus Margginalis
E.
PLASENTA
SIRKUMVALATA
1. DEFINISI
Plasenta sirkumvalata adalah plaseta
yang pada permukaan vetalis dekat pinggir terdapat cincin putih. Cincin ini
menandakan pinggir plasenta, sedangkan jeringan di sebelah luarnya terdiri dari
villi yang tumbuh kesamping dibawah desidua. Diduga bahwa corionfrondosum
terlalu kecil dan untuk mncukupi kebutuhan, villi menyerbu kedalam desidua di
luar permukaan frondosum, plasenta jenis ini tidak jarang terjadi. Insidensinya
lebih kurang 2-18 %. Menurut beberapa ahli plasenta sirkumvalata serin
menyebabkan abortus dan solusio plasenta. Bila cincin putih ini letaknya dekat
sekali ke pinggir plasenta, di sebut plasenta marginata. Kedua-duanya disebut
sebagai plasenta ekstra coriel. Pada plasenta marginata mungkin terjadi adeksi
dari selaput sehingga plsenta lahir telanjang tertinggalnya selaput ini dapat
menyebabkan perdarahan dan infeksi. Diagnosis plasenta sirkumvalata baru dapat
ditegakan setelah plasenta lahir tetapi dapat diduga bila ada perdarahan intermiten
atau hidrorea.
2. ETIOLOGI
Diduga
bahwa corion frondosum terlalu kecil dan untuk mencukupi kebutuhan, villi
menyerbu kedalam deisua di luar permukaan
frondosum.
3. PATOFISIOLOGI
Menurut
para ahli sirkum valata ini erring menyebabkan abortus dan solusio plasenta.
Bila cincin putih ini letaknya dekat sekali ke pinggir plasenta.
4. DIAGNOSE
Baru
dapat ditegakkan setelah plasenta lahir tetapi dapat di duga bila ada
perdarahan intermitan atau hidrorea.
Gambar :
Plasenta Sirkumvalata
II. KELAINAN DALAM LAMANYA KEHAMILAN
A.
PREMATURE
1. DEFINISI
Persalinan yang berlangsung pada usia kehamilan 20-37 minggu
dipertimbangkan sebagai persalinan prematur dan terjadi pada kurang lebih 10%
persalinan di Amerika Serikat. Kendati program pencegahan persalinan prematur, terapi farmakologis
untuk persalinan premature dan upaya mengenali faktor risiko persalinan
prematur telah digalakkan,angka persalinan prematur tidak berubah selama 40
tahun terakhir.
2. FACTOR RESIKO
Faktor risiko : Lebih dari setengah jumlah wanita hamil yang melahirkan prematur
diketahui tidak memiliki faktor risiko untuk persalinan prematur.
1.
Faktor demografis : ibu
dari ras kulit hitam, status sosio-ekonomi yang rendah, usia <18 tahun atau >40
tahun.
2.
Kesehatan umum :
stres pribadi tinggi, nutrisi buruk;berat ibu sebelum hamil rendah; anemia,
bakteriuria, kondisi-kondisi
medis, seperti diabetes, asma dan pielonefritis, penyakit jantung pada ibu, merokok (risiko 2x
lipat), penyalahgunaan
zat (risiko 3x lipat).
3.
Pekerjaan :
pekerjaan yang banyak menuntut kemampuan fisik, berdiri terlalu lama, bekerja
dalam shift, dan bekerja di
malam hari.
4.
Kondisi
uterus : Kelainan, cedera pada serviks atau abnormalitas (termasuk
pajanan dietilstilbestrol (DES) di dalam uterus, konisasi serviks, atau riwayat
induksi aborsi pada trimester kedua), fibroid, atau kontraksi uterus yang
berlebihan, dan infeksi.
5.
Faktor obstetric : persalinan
prematur sebelumnya pada kehamilan usia antara 16 dan 36 minggu (2-3x risiko:
semakin sering mengalami persalinan prematur),semakin dini usia kehamilan
semakin besar risiko mengalami persalinan prematur,hasil yang di peroleh pada
persalinan terakhir merupakan alat yang lebih akurat untuk menentukan perkiraan
hasil persalinan kali ini), KPD, plasenta previa, inkompetensi serviks,
abrupsio plasenta, preeklamsia, PJT, oligohidramnion, amnionitis, kelainan
janin,perdarahan per vaginam setelah trimester pertama, perawatan prenatal
kurang atau tidak ada sama sekali.
3.
ETIOLOGI
Etiologi Persalinan Prematur : Penyebab
persalinan prematur tidak diketahui dan tampaknya disebabkan oleh banyak
faktor. Pada beberapa kasus persalinan ini tidak dapat dicegah dan berhubungan
dengan PJT.
4. KARAKTERISTIK PASIEN
Kejadian prematuritas pada sebuah
kehamilan akan dipicu oleh karakteristik pasien dengan : status sosio ekonomi
yang rendah, termaksuddidalamnya penghasilan rendah, pendididkan yang rendah
sehingga mempengaruhi pola nutrisi yang rendah; umur. Kehamilan pada usia 16
tahun dan primigavida >30 tahun; riwayat pernah melahirkan premature;
pekerjaan fisik yang berat, tekanan mental (stress) atau kecemasan yang tinggi
dapat meningkatkan kejadian premature; merokok lebih dari 10 batang sehari;
penggunaan obat-obat bius/lokain (Obstetri Patologi; 2010).
5. FACTOR PREDISPOSISI
Beberapa factor penyebab akan
menambah keadaan prematuritas antara lain : infeksi saluran kemih; penyakit ibu
seperti hipertensi dalam kehamilan, asma, penyakit jantung, kecanduan obat,
kolestatis, anemia; keadaan yang menyebabkan distensi uterus berlebihan yaitu
kehamilan multiple, hidramnion, diabetes, isoimunisasi Rh; perdarahan
antepartum; infeksi umum pada ibu; tindakan bedah selama kehamilan; kehamilan
dengan AKDR. (Obstetri Patologi; 10).
6. PENGOBATAN
Penatalaksanaan dalam mengobati
prematuritas lebih ditujukan untuk mencegah bayi lahir pematur dan jika harus
lahir fungsi tubuh terutama paru-paru sudah matang, tindakannya antara lain :
1.
Tokolitik dengan menggunakan Magnesium Sulfat : dosis awal 4
gr intravena dilanjutkan dengan 1-3 gr/jam.
2.
Pematangan paru janin dengan pemberian kortiko steroid
diberikan pada kehamilan 28-34 minggu dan 24 jam sebelum persalinan, perberian
surfaktan.
3.
Metode kanguru untuk merawat bayi premature.
Gambar
: bayi Premature
B.
POSTMATURE
1. DEFINISI
Kehamilan Lewat
waktu (PosT Term) adalah kehamilan yang melewati 294 hari atau lebih dari 42
minggu Lengkap. ( ILmu kebidanan: hal 317).
Postmatur
menunjukan atau menggambarkan kaadaan janin yang lahir telah melampauhi batas
waktu persalinannya, sehingga dapat menyebabkan beberapa komplikas.i(Buku
Pengantar Kuliah Obsetri: hal 450).
Definisi standar
untuk kehamilan lewat bulan adalah 294 hari setelah hari pertama menstruasi
terakhir, atau 280 hari setelah ovulasi. Istilah lewat bulan (postdate) digunakan
karena tidak menyatakan secara langsung pemahaman mengenai lama kehamilan dan
maturitas janin. ( Varney Helen,2007).
2. ETIOLOGI
Etiologi menurut Nwosu dkk
factor-faktor yg menyebabkan post matur stress, sehingga tidak timbulnya His
Kurangnya air ketuban Insufisiensi plasenta ( ILmu Kebidanan: hal.318).
Namun ada juga yang berpendapat
Etiologinya masih belum pasti. Faktor yang dikemukakan adalh hormonal yaitu
kadar progesteron tidak cepat turun walaupun kehamilan telah cukup bulan,
sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang ( Mochtar, Rustam, 1999).
Diduga adanya kadar kortisol yang rendah pada darah janin. Selain itu,
kurangnya air ketuban dan insufisiensi plasenta juga diduga berhubungan dengan
kehamilan lewat waktu.
Fungsi plasenta memuncak pada usia
kehamilan 38-42 minggu, kemudian menurun setelah 42 minggu, terlihat dari
menurunnya kadar estrogen dan laktogen plasenta. Terjadi juga spasme arteri
spiralis plasenta. Akibatnya dapat terjadi gangguan suplai oksigen dan nutrisi
untuk hidup dan tumbuh kembang janin intrauterin. Sirkulasi uteroplasenta
berkurang sampai 50%.Volume air ketuban juga berkurang karena mulai terjadi
absorpsi. Keadaan-keadaan ini merupakan kondisi yang tidak baik untuk janin.
Risiko kematian perinatal pada bayi postmatur cukup tinggi : 30% prepartum, 55%
intrapartum, 15% postpartum.
Selain itu juga terjadinya kehamilan
sirotinus antara lain:
1.
Hipoplasia hipofise
2.
Anensefalus
3.
Devisiensi enzim sulfarase plasenta
4.
Hormon estriol yang rendah
Pengaruh
terhadap ibu dan janin
Terhadap ibu : partus lama,
kesalahan letak, insersia uteri, perdarahan postpartum.
Terhadap janin : jumlah kematian
janin/bayi pada kehamilan 43 minggu 3 kali lebih besar dari kehamilan 40
minggu, karena postmaturitas akan menambah bahaya pada janin. Pengaruh post
maturitas pada janin bervariasi : berat badan janin dapat bertambah besar,
tetp, dan ada yang berkurang, sesudah kehamilan 42 minggu. Ada pula yang bisa
terjadi kematian janin dalam kandungan. Bayi besar dapat menyebabkan
disproporsi sefalopelvik. Oligohidramnion dapat menyebabkan kompresi tali
pusat, gawat janin sampai bayi meninggal. Keluarnya mekoneum yang dapat
menyebabkan aspirasi mekoneum.
(Menurut Rustam Mochtar, Sinopsis
Obstetri Jilid I, 1998)
3. DIAGNOSE
Dengan mengetahui hari pertama menstruasi
maka kita akan dapat menentukan:
1.
Perhitungan kemungkinan waktu persalinan menurut Naegle
2.
Hasil pemeriksaan antenatal berupa:
a.
Janin besar untuk masa kehamilan (BMK)
b.
Janin kecil untuk masa kehamilan (KMK)
c.
Janin sama besarnya untuk masa kehamilan (SMK)
3.
Melalui perkiraan tahap aktivitas janin dalam rahim yang
(sudah baku)
4.
Perbandingan dengan orang lain yang sudah bersalin
5.
Menggunakan ultrasonografi untuk memperkirakan berat, waktu
persaliunan, menentukan biofisik profil janin, kesejahteraan intraureti. USG,
Ukuran diameter bipariental, gerakan janin dan jumlah air ketuban
6.
Pemeriksaan rontgenologik, dapat dijumpai pusat-pusat
penulangan pada bagian distal femur, bagian proksimal tibia, tulang kuboid,
diameter bipariental 9,8 cm atau lebih.
7.
Pemeriksaan sitologik air ketuban : air ketuban diambil
dengan amniosentesis, baik transvaginal maupun transabdominal. Air ketuban akan
bercampur lemak dari sel-sel kulit yang dilepas janin setelah kehamilan
mencapai lebih dari 36 minggu. Air ketuban yang diperoleh dipulas dengan sulfat
biru nil maka sel-sel yang mengandung lemak akan berwarna jingga. Bila :
a.
Melebihi 10% : kehamilan di atas 36 minggu
b.
Melebihi 50% : kehamilan di atas 39 minggu
8.
Amnioskopi : melihat derajat kekeruhan air ketuban, menurut
warnanya karena dikeruhi mekonium.
9.
Kardiotografi : mengawasi dan membaca DJJ, karena insufiensi
plasenta
10.
Uji Oksitosin (stress test) : yaitu dengan infus tetes
oksitosin dan diawasi reaksi janin terhadap kontraksi uterus. Jika ternyata
reaksi janin kurang baik, hal ini mungkin janin akan berbahaya dalam kandungan.
11.
Pemeriksaan kadar estriol dalam urin
12.
Pemeriksaan PH darah
kepala janin
13.
Pemeriksaan sitologi vagina
(Menurut Rustam Mochtar, Sinopsis
Obstetri Jilid I, 1998)
Gambar : Postmature
C.
INTRA UTERINE GROWTH RETERDATION ( IUGR )
1. DEFINISI
Intra Uterine Growth Reterdation ( IUGR ) / kematian janin dalam rahim
yaitu kematian yang terjadi saat usia kehamilan lebih dari 20 minggu dimana
janin sudah mencapai ukuran 500 gr atau lebih.
Ada dua bentuk PJT menurut Renfield (1975) yaitu:
1.
Proportionate Fetal Growth Restriction: Janin yang menderita distress yang lama di mana
gangguan pertumbuhan terjadi berminggu-minggu sampai berbulan-bulan sebelum
bayi lahir sehingga berat, panjang dan lingkar kepala dalam proporsi yang
seimbang akan tetapi keseluruhannya masih di bawah gestasi yang sebenarnya.
2.
Disproportionate Fetal Growth Restriction:
Terjadi akibat distress subakut. Gangguan
terjadi beberapa minggu sampai beberapa hari sebelum janin lahir. Pada keadaan
ini panjang dan lingkar kepala normal akan tetapi berat tidak sesuai dengan
masa gestasi. Bayi tampak waste dengan tanda-tanda sedikitnya jaringan lemak di bawah
kulit, kulit kering keriput dan mudah diangkat, bayi kelihatan kurus dan lebih
panjang.
2. ETIOLOGI
Penyebab dari IUGR sering kali dipicu oleh ketidakcocokan rhesus darah ibu
dan janin, ketidakcocokan golongan darah ibu dan janin, gerakannya janin
terlalu aktif, penyakit pada ibu, kelainan kromosom, trauma saat hamil, infeksi
pada ibu, kelainan bawaan janin, perdarahan antepartum, penyakit saluran
kencing, penyakit endokrin, malnutrisi, dll.
3. MANIFESTASI KLINIK
Bayi-bayi lahir IUGR biasanya tampak kurus, pucat dan berkulit keriput;
tali pusat umunya tampak rapuh dan lyu dibandingkan pada bayi normal yang
tampak tebal dan kuat; IUGR muncul sebagai akibat dari berhentinya pertumbuhan
jaringan atau sel.
4. DIAGNOSA
Penentuan diagnosa telah diperoleh dengan cara : anamnese, pemeriksaan yang
meliputi palpasi, auskultasi, reaksi kehamilan, rontgen foto abdomen.
Faktor-faktor yang mempengaruhi IUGR yaitu antara lain :
1. Faktor Ibu
Ibu hamil dengan penyakit hipertensi, penyakit ginjal dan kardiopulmonal
dan pada kehamilan ganda.
2.
Tinggi Fundus Uteri
cara
ini sangat mudah, murah, aman, dan baik untuk diagnosa pada kehamilan kecil.
Caranya dengan menggunakan pita pengukur yang di letakkan dari simpisis pubis
sampai bagian teratas fundus uteri. Bila pada pengukuran di dapat panjang
fundus uteri 2 (dua) atau 3 (tiga) sentimeter di bawah ukuran normal untuk masa
kehamilan itu maka kita dapat mencurigai bahwa janin tersebut mengalami
hambatan pertumbuhan.
Cara ini tidak dapat diterapkan pada kehamilan multipel,
hidramnion, janin letak lintang. USG
Fetomaternal, pada USG yang diukur adalah diameter biparietal atau cephalometry
angka kebenarannya mencapai 43-100%. Bila pada USG ditemukan cephalometry yang
tidak normal maka dapat kita sebut sebagai asimetris PJT. Selain itu dengan lingkar
perut kita dapat mendeteksi apakah ada pembesaran organ intra abdomen atau
tidak, khususnya pembesaran hati.
5. PENCEGAHAN
Beberapa penyebab dari PJT tidak dapat dicegah.
Bagaimanapun juga, faktor seperti diet, istirahat, dan olahraga rutin dapat
dikontrol. Untuk mencegah komplikasi yang serius selama kehamilan, sebaiknya
seorang ibu hamil mengikuti nasihat dari dokternya; makan makanan yang bergizi
tinggi; tidak merokok, minum alkohol dan menggunakan narkotik; mengurangi
stress; berolahraga teratur; serta istirahat dan tidur yang cukup. Suplementasi
dari protein, vitamin, mineral, serta minyak ikan juga baik dikonsumsi. Selain
itu pencegahan dari anemia serta pencegahan dan tatalaksana dari penyakit
kronik pada ibu maupun infeksi yang terjadi harus baik.
Gambar : bayi IUGR
D. INTRA
UTERINE FETAL DEATH ( IUFD )
1. DEFINISI
Kematian janin
dalam rahim (IUFD) adalah kematian janin setelah 20 minggu kehamilan tetapi
sebelum permulaan persalinan. Ini menyebabkan komplikasi pada sekitar 1%
kehamilan. Dengan munculnya cara diagnostik dan terapeutik yang lebih baru pada
2 dasawarsa yang lalu, penanganan IUFD telah beralih dari pemantauan
berpengharapan ke campur tangan yang lebih aktif. (Hacker, 2001).
Kematian janin
dalam rahim ialah kematian janin dalam uterus yang beratnya 500 gram atau
lebih, usia kehamilan telah mencapai 20 minggu atau lebih. (Pengurus Besar
Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia, 1991).
IUFD adalah
keadaan tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin dalam kandungan baik pada
kehamilan yang besar dari 20 minggu atau kurang dari 20 minggu. Kematian janin
dalam kehamilan adalah kematian janin dalam kehamilan sebelum proses persalinan
berlangsungpada usia kehamilan 28 minggu ke atas atau berat janin 1000 gram ke
atas. (Rustam Muchtar, 1998).
IUFD adalah
kematian hasil konsepsi sebelum dikeluarkan dengan sempurna dari rahim ibunya
tanpa memandang tuanya kehamilan. (Sarwono, 2005).
Kematian janin
didefinisikan sebagai kematian intrauterine sebelum seluruh produk konsepsi manusia dikeluarkan. Ini tidak
diakibatkan oleh aborsi terapeutik atau elektif. Kematian janin ini yang
disebut kematian intrauterine dan mengakibatkan lahir mati. (Bobak, 2004).
3. ETIOLOGI
a.
Faktor plasenta
i.
Insufisiensi plasenta
ii.
Infark plasenta
iii.
Solusio plasenta
iv.
Plasenta previa
b.
Faktor ibu
i.
Diabetes mellitus
ii.
Preeklampsi dan eklampsi
iii.
Nefritis kronis
iv.
Polihidramnion dan oligohidramnion
v.
Shipilis
vi.
Penyakit jantung
vii.
Hipertensi
viii.
Penyakit paru atau TBC
ix.
Inkompatability rhesus
x.
AIDS
4.
Faktor intrapartum
i.
Perdarahan antepartum
ii.
Partus lama
iii.
Anastesi
iv.
Partus macet
5.
Faktor janin
i.
Prematuritas
ii.
Postmaturitas
iii.
Kelainan bawaan
iv.
Perdarahan otak
6.
Faktor tali pusat
i.
Prolapsus tali pusat
ii.
Lilitan tali pusat
iii.
Vassa praevia
iv.
Tali pusat pendek
7.
Tidak diketahui
faktor penyebabnya
3. DIAGNOSE
Penetapan diagnose diperoleh dengan cara : anamnese,
pemeriksaan yang meliputi palpasi, auskultasi, reaksi kehamilan, Rontegen foto
abdomen.
4. PENANGANAN
1.
Bila disangka telah
terjadi kematian janin dalam rahim jangan terburu-buru bertindak sebaiknya
observasi dulu dalam waktu 3-4 minggu.
2.
Biasanya selama masih
menunggu ini 70-90 % akan terjadi persalinan yang spontan.
3.
diagnose. Partus belum
mulai lakukan induksi partus.
4.
Induksi partus dapat
dimulai dengan pemberian estrogen atau langsung dengan pemberian oksitosin drip
atau tanpa aniotomi.
(
Rukiyah, Ai Yeyeh. 2011. “Patologi Kebidanan”)
Gambar : bayi IUFD
E.
KEHAMILAN
GANDA
1. DEFINISI
Kehamilan
kembar ada dua macam, yaitu :
1.
Kehamilan 2 telur atau
dizigotik : dimana dua buah telur dibuahi oleh dua buah sperma. Kedua sel dapat
bersal dari 1 ovarium atau masing-masing ovarium yang berkelainanjenis kelamin
tidak sama; persamaan seperti adik dan kakak; golongan darah bisa berbeda; cap
tangan dan kaki tidak sama; 2 plasenta, korion 2, amnion 2.
2.
Kehamilan 1 telur atau
monozigotik : terjadi dari sebuah sel telur dan sebuah sel mani. Sel telur yang
telah dibuahi kemudian membagi diri dalam dua bagian yang masing-masing tumbuh
menjadi janin selalu sama jenis kelamin; golongan darah sama; cap tangan dan
kaki sama; plasenta 1, korion 1, amnion 1 atau plasenta 1.
Lamanya
kehamilan kembar kira-kira 37 minggubera badan kira-kira kurang dari anak
tunggal. Anak dengan jantung yang kuat mengakibatkan hidramnion karena
pengeluaran air kencingnya lebih banyak.
Kembar siam : disebabkan pemisahan lambat atau pemisahan
tidak sempurna. Jika kedua punggungnya berhubungan disebut pisopagus, jika
perut berhubungandisebut omfalopagus dan jika kepalanya yang berhubungan
disebut kraniopagus.
3. DIAGNOSE
Untuk
menegakkan diagnose maka perlu dilakukan :
1.
Anamnesis : Ibu merasa
bahwa perutnya lebih besar dari kehamilan biasanya dan pergerakan anak lebih
sering terasa, keluhan subjektif lebih banyak seperti perasaan berat, sesak
nafas, bengkak kaki.
2.
Inspeksi : peut lebih
besar dari usia kehamilan.
3.
Palpasi : fundus utri
lebih tinggi dari tuanya kehamilan. Terasa tiga bagian besar atau dua bagian
besar yang berdampingan.
4.
Auskultasi : terdengar
bunyi jantung anak pada dua tempat yang sama jelasnya, perbedaan frekuensi
sekurang-kurangnya 10/menit dihitung pada saat yang sama.
5.
Rontgen : tampak dua
buah kerangka.
(Obstetri Patologi ;
54)
4. Penyulit
kehamilan kembar
Jika
ibu didiagnosa mengalami kehamilan kembar, maka penyulit yang mungkin timbul
adalah : ibu dapat mengalami Hidramnion, dengan adanya hidramnion meninggikan
kematian bayi yang kemungkinan karena hidramnion mengakibatkan persalinan
kurang bulan, Gestosis lebih sering terjadi, anemia, diakibatkan karena
kebutuhan anak lebih banyak, dan mungkin karena kurang nafsu makan; persalinan
kurang bulan, diakibatkan karena peregangan rahim yang berlebihan.
(Obstetri
Patologi ; 55)
5. Perawatan
Kehamilan Kembar
Perawatan
pada ibu dengan kehamilan kembar adalah : anjuran mengenai pengurangan
aktifitas fisik yang berlebihan pada minggu 28 agar menurunkan terjadinya
persalinan kerang bulan; istirahat kerja baru diberikan pada minggu ke 34;
jangan melakukan perjalanan yang jauh; istirahat cukup; tidak melakukan koitus
pada 3 bulan terakhir; diet makan rendah garam; anjurkan melakukan antenatal
yang lebih sering; pemberian tablet Fe.
6. Komplikasi
pada kehamilan kembar
Kebutuhan
ibu akan zat-zat makanan pada kehamilan kembar bertambah sehingga dapat
menyebabkan anemia dan penyakit defisiensi lain.
Komplikasi
pada ibu antara lain : anemia, hipertensi, partus prematurus, atonia uteri,
perdarahan pasca salin hidramnion, plasenta previa, solusio plasenta, ketuban
pecah dini.
Gambar : Kehamilan Ganda
DAFTAR PUSTAKA
Rukiyah, Ai Yeyeh. 2011.
“Patologi Kebidanan”. Jakarta : TIM.
http://thieryabdee.wordpress.com/2009/08/23/landasan-teori-serotinus-post-date-post-matur/
Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta
: PT.BPSP
Mochtar, Rustam, Sinopsis
Obstetri Jilid 1, Ed. 2, Jakarta: EGC, 1998
Prof. dr. I.B.G. Manuaba, Sp.OG(K). dr. I. A. Chandranita
Manuaba, Sp.OG. dr. I.B.G. Fajar Manuaba, Sp.O.Pengantar Kuliah Obstetric.Jakarta:
EGC.2003.
MANAJEMEN
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL
DENGAN
PLASENTA PREVIA
1.
PENGKAJIAN
A. Data
Subjektif
1. Indentitas
Pasien
Nama
Ibu : NY.S Nama Suami :TN.A
Umur : 26 Thn Umur : 28 Thn
Suku : Batak Suku :
Batak
Agama : Kristen Agama :
kristen
Pendidikan : D3 Pendidikan :
S1
Pekerjaan : PNS Pekerjaan :
Guru SMA
Alamat : Jl.Perdagangan Alamat : Jl.Perdagangan
2. Anamnese
Tanggal
: 3
April 2012 Pukul : 09.00 Di : Klinik bersalin
Kunjugan
ke :
III
a. Alasan
Kunjugan : Untuk memeriksakan
kehamilan
Keluhan utama : Tidak ada
b. Riwayat
Menstruasi
Menarche :
13 Thn
Siklus
Haid : 28 hari
Lamanya :
7 Hari
Banyaknya :
3 X ganti doek
Sifat
Darah : encer
Warnanya : merah
Dismenorhoe : tidak ada
Keluhan : tidak ada
c. Riwayat
Kehamilan , Persalinan dan Nifas yang lalu
N
o
|
Kehamilan
|
Persalinan
|
Bayi
|
Nifas
|
||||||||
Tgl.
Lahir/ umur
|
Usia
kehamilan
|
cara
|
tempat
|
komplikasi
|
penolong
|
PB/
BB
|
Jenis
kelamin
|
Umur
sekarang
|
Laktasi
|
penyulit
|
||
ibu
|
bayi
|
|||||||||||
1.
|
|
H
|
A
|
M
|
I
|
L
|
|
I
|
N
|
I
|
|
|
2.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
a.Riwayat Kehamilan
Sekarang
G:
1 P:
0 AB: 0
HPHT :
TTP :
Pemeriksaan
antenatal : 4 kali
Trimester
I : 1
kali
Trimester
II : 1
kali
Trimester
III : 4
kali
Pergerakan
fetus pertama kali :16 minggu
Bila
Pergerakan sudah terasa, pergerakan anak dalam 24 jam terakhir :
|
Bila lebih dari
20x dalam 24 jam, dengan durasi :
<15
x” >15x”
Keluhan
pada :
Trimester I
:Tidak ada
Trimester II : Tidak ada
Trimester III : Ada
Trimester II : Tidak ada
Trimester III : Ada
Keluhan-keluhan yang
dirasakan ( bila ada jelaskan )
- Rasa
lelah : Ada
- Mual
dan muntah yang lama : Tidak ada
- Nyeri
Perut : Tidak ada
- Panas
Menggigil : Tidak ada
- Sakit
kepala berat/terus menerus : Tidak ada
- Penglihatan
kabur : Tidak ada
- Rasa
nyeri , panas waktu BAK : Tidak ada
- Rasa gatal pada
vulva dan sekitarnya :
Tidak ada
- Pengeluaran
cairan pervagina : Ada
- Nyeri,
kemerahan, tegang pada tungkai : Tidak ada
- Oedema : Tidak ada
d. Riwayat
Perkawinan yang lalu
Satus
perkawinan : Syah
Umur
ketika menika : Isteri :
20 Thn, Suami : 25
Thn
Lamanya : 5 Tahun
e. Riwayat
KB
Jenis
Kontrasepsi : Tidak ada
Efek
samping : Tiada ada
Lama
Pemakaian : Tidak ada
Alasan Distop : Tidak ada
f. Riwayat
Ginekologi
Tumor
Ginekologi : Tidak ada
Operasi
Ginekologi : Tidak ada
Penyakit
kelamin : GO
: Tidak ada
Sipilis
: Tidak ada
Herpes
: Tidak ada
DLL : Tidak ada
g. Riwayat
Penyakit Sistemik yang pernah diderita :
-
Infek paru-paru :
Tidak ada
-
Jantung : Tidak ada
-
DM : Tidak ada
-
Ginjal : Tidak ada
-
TBC : Tidak ada
-
Hepatitis :
Tidak ada
-
Hepertensi :
Tidak ada
-
Epilepsi : Tidak ada
-
DDL : Tidak ada
h. Riwayat
penyakit keluarga
-
Kanker : Tidak ada
-
Jantung : Tidak ada
-
DM : Tidak ada
-
Ginjal : Tidak ada
-
TBC : Tidak ada
-
Cacat lahir :
Tidak ada
-
Hipertensi :
Tidak ada
-
Jiwa : Tidak ada
-
DLL : Tidak ada
i.
Pola Kebiasaan
sehari-hari
-
Pola makan dan minum : …3…………. X/ hari
-
Perubahan makan yang
dialami ( termasuk ngidam , nafsu makan , dll ) :………………………………..…………tidak
ada…………………….
-
Pola istirahat dan
tidur
Tidur
siang : 2 jam
Tidur
malam :8 jam
Keluhan :
Tidak ada
Cara
mengatasi : Tidak ada
-
Seksualitas
Frekuensi :
3 x/ minggu
Gangguan :
Tidak ada
Cara
mengatasi : Tidak ada
-
Pola eliminasi
BAK
: 4 x/ hari
BAB : 1 x/ hari
-
Aktifitas sehari-hari
Pekerjaan : PNS
Lama
bekerja : 2
jam
Jarak
tempuhketempat kerja : 3
km
Transfortasi
yang digunakan : Sepeda Motor
-
Prilaku sehat
Penggunaan
alcohol/obat-obatan sejenis : Tidak ada
Obat-obat/jamu
yang sering gunakan :
Tidak ada
Merokok,
makan sirih : Tidak ada
Iritasi
vagina/ ganti pakaian : Tidak ada
-
Riwayat Sosial
Apakah
kehamilan ini direncanakan :
Ya
Jenis
kelamin yang diharapkan :
Laki-laki
Hubungan
ibu dengan kekuarga, lingkungan :
Baik
Rencana
menyusui :
Ada
Pengetahuan
ibu tentang perawatan bayi :
Baik
Susunan
keluarga yang tinggal serumah :
Nuclear family
-
Imunusasi
TT1 :
Kehamilan minggu ke 24 minggu
TT2 : Kehamilan
minggu ke 28 minggu
B.
DATA
OBJEKTIF
Pemeriksaan Fisik
1. Status
generalis
a. Pemeriksaan
Umum
Kesadaran
: Composmentis
Suhu : 36,3 OC
Tekanan
Darah : 120/80 mm/Hg
Nadi : 80 x/i
Pernafasan :
22 x/i
Tinggi
Badan : 158 cm
BB
sebelum hamil : 60 kg
BB
sekarang : 75 kg
LILA : 24 cm
b. Pemeriksaan
Sistemik
1. Rambut
Jenis
rambut : Lurus
Distribusi : Lebat
Kebersihan : Bersih
Kelainan : Tidak ada
2. Wajah
Cloasma
gravidarum : Ada
Oedema : Tidak ada
Kelainan : Tidak ada
3. Mata
Sklera : Pucat
Konjungtiva : Ichterus
Kelopak
mata : Tidak
pucat
Kelainan
: Tidak ada
4. Hidung
Lubang
hidung : Ada
Polip : Tidak ada
Sekret : Tidak ada
Kebersihan :
Bersih
Kelainan : Tidak ada
5. Mulut
dan Gigi
Lidah
:
Bersih
Tonsil : Tidak
ada pembengkakan
Stomatitis : Tidak ada
Caries : Tidak
ada
Kebersihan : Bersih
Kelainan : Tidak ada
6. Telinga
Keadaan : Simetris
Kebersihan :
Bersih
Kelainan : Tidak ada
7. Leher
Kelenjar
Thyroid : Tidak ada
pembengkakan
Pembuluh
limfe : Tidak ada
pembengkakan
Keadaan
kulit : Baik
Kebersihan : Bersih
Kelainan : Tidak ada
8. Dada
Bentuk
payudara : Simetris
Areola
Mamae :
Hyperpigmentasi
Pembesaran : Sesuai usia
kehamilan
Putting
susu : Menonjol
Colostrum : Ada
Massa/
Benjolan : Tidak ada
Kebersihan :
Bersih
Kelainan : Tidak ada
9. Punggung
dan pinggang
Posisi
Tulang Belakang : Lordosis
Pinggang
Nyeri : Tidak ada
10. Ektrimitas
atas dan bawah
Oedema
tangan dan jari : Tidak ada
Oedema
Tibia : Tidak ada
Kekekuan
sendi : Tidak ada
Varises Tungkai :
Tidak ada
Refleks
patella ka/ki : (+)
11. Genetalia
Vulva
dan vagina
-
Varises : Tidak ada
-
Luka :
Tidak ada
-
Fistula : Tidak ada
-
Kemerahan : Tidak ada
Pengeluaran pervagina
- Warna : Merah
- Jumlah : 200 cc
- Konsistensi : Tidak ada
Kelenjar Bartolini
-
Pembengkakan : Tidak ada
-
Rasa Nyeri : Tidak ada
-
Bekas luka parut : Tidak ada
Anus
-
Haemoroid :
Tidak ada
2. Status
Obstetrika
a. Abdomen
1. Inspeksi
Pembesaran : Sesuai dengan tua
kehamilan
Bekas
luka operasi :
Tidak ada
Keadaan
kulit
Striea
lipid : Ada
Striea
Albican : Ada
Linea
Alba : Ada
Linea
Nigra : Ada
2. Palpasi
Leopold
I : TFU : 30 cm, TBJ = 2.790 gr.
Leopold
II : Teraba bagian keras, panjang,
memapan disebelah kiri punggung ibu (Pu-Ki).
Leopold
III : Teraba bantalan pada segmen
bawah rahim.
Leopold IV : Bagian terbawah janin belum masuk
PAP.
TBJ : (30-12) x 155 = 2.790 gr
Posisi Janin : Membujur
Kontraksi : Tidak ada
Frekuensi : Tidak ada
Kekuatan : Tidak ada
3. Auskultasi
Djj : 143 x / i Posisi : Pu-ki
Frekuensi : 11, 10, 11 Teratur/
Tidak Teratur
4. Pelvimetri
Klinik
Distansia
Spinarum : 24 cm
Distansia
Cristrum : 25 cm
Konjugata
Ekterna : 20 cm
Lingkar
panggul :
88 cm
5. Pemeriksaan
Dalam
-
Servik dan vagina : Tidak ada
-
Dinding vagina : Tidak ada
-
Promontorium :
Tidak ada
-
Linea Inominata : Tidak ada
-
Ackus Pubis : Tidak ada
-
Spina Iskhiadica : Tidak ada
-
Ujung Sakrum
: Tidak ada
-
Posisi Serviks : Tidak ada
6. Pemeriksaan
Laboratorium
Darah
-
Hb : 9,4 gr %
-
Gol Darah : -
Urine
-
Protein : (-)
-
Glukosa : (-)
7. Pemeriksaan
Penunjang Lain
USG
: Terlihat ada bagian yang menutupi jalan lahir yaitu plasenta.
II.
INTERPRETASI DATA
Diagnosa
:
Ibu G : 1, P : 0, A : 0
hamil 32 minggu, janin tunggal hidup, intrauterin, (Pu-Ki), Presentasi bokong, belum masuk PAP, Ibu Plasenta Previa Totalis.
hamil 32 minggu, janin tunggal hidup, intrauterin, (Pu-Ki), Presentasi bokong, belum masuk PAP, Ibu Plasenta Previa Totalis.
Data Dasar :
G : 1 P
: 0 AB : 0
HPHT : 25 – 7 - 2011
TTP :
1 – 5 - 2012
Leopold
I : TFU 30 cm, TBJ = 2.790 gr, difundus
teraba lembek, tidak melentingdan melebar (bokong).
Leopold
II : Teraba, punggung di sebelah kiri ibu(Pu-Ki).
Leopold
III : Teraba bantalan pada segmen
bawah rahim.
Leopold
IV : Bagian terbawah janin belum
masuk PAP.
Masalah :
1. Gangguan
rasa nyaman sehubungan dengan terjadinya P/V karena adanya plasenta previa
totalis.
2. Gangguan
aktivitas sehubungan dengan terjadinya P/V Karena adanya plasenta previa
totalis
Data Dasar :
1. Ibu
mengatakan cemas karena mengeluarkan darah banyak.
2. Jumlah
perdarahan 2 kain basah atau 200 cc, terjadi perdarahan secara tiba-tiba.
3. Ibu
mengatakan cepat merasa lelah,-ibu tidak boleh banyak beraktifitas karena akan
memperbanyak perdarahan,
4. Ibu
mengatakan cepat merasa pegal-pegal pada pinggang.
K Kebutuhan
:
1. Anjurkan
ibu untuk istirahat total/bedrest,
2. Jangan
banyak melakukan gerakan/aktivitas
Data Dasar :
Ibu merasa cepat lelah
III.
INDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL
1. Potensial
terjadi perdarahan antepartum pada ibu,
2. Potensial
terjadi gawat janin,
3. Potensial
terjadi Aspeksia pada janin.
IV.
INDENTIFIKASI TINDAKAN SEGERA
1. kolaborasi
dengan dokter segera mungkin jika terjadi komplikasi yang lebih hebat,
2. Penanganan
/ penatalaksanaan perdarahan Antepartum,
3. Penatalaksanaan
aspeksia pada BBL.
V.
PERENCANAAN ( PLANNING )
1. Jelaskan pada ibu
tentang kondisinya saat ini,
2. Observasi banyaknya perdarahan pervaginam dan tanda-tanda vital.
3. Penyuluhan tentang
kebutuhan istirahat pada ibu
4. Penyuluhan tentang
kebutuhan zat gizi dan nutrisi pada ibu hamil
5. Pemenuhan kebutuhan
cairan dan nutrisi
6. Jelaskan pada ibu
bahwa ibu tidak dapat melaksanakan persalinan secara normal tetapi harus secara
secsio secareakarena ada plasenta yang menutupi jalan lahir.
VI. IMLPEMENTASI
1. Memberi tahu ibu tentang hasil pemeriksaan
2. Mengobservasi
banyaknya perdarahan dan tanda-tanda vital
3. Menjelaskan
kepada ibu untuk istirahat total/bedrest
4. Memberikan
dukungan psikologis pada ibu
5. Membberikan
penkes tentang kebutuhan nutrisi ibu hamil
6. Pemenuhan
kebutuhan cairan dan nutrisi
7. Menjelaskan
pada ibu bahwa ibu tidak dapat melaksanakan persalinan secara normal tetapi
harus di secsio secaria karena adanya
plasenta yang menutupi jalan lahir.
VII. EVALUASI
Ibu mengerti tentang
kondsi kehamilannya saat ini,bahwa ibu mengalami sebuah komplikasi dalam
kehamilanya,dimana plasenta atau uri berada pada bagian bawah rahim ibu hamil
32 mg djj(+),bagian terbawah janin belum masuk PAP.
Tebing
Tinggi , …………………2010
Mahasiswi Pembimbing
( ) ( )
Moderator :
HENNY MANURUNG
Sekretaris :
DIANA SARI
Observer :
LENNI RAYANI PURBA
Pertanyaaan Audiens :
1.Asti
Coba jelaskan
komplikasi solusio plasenta dan penanganannya ...
2.Sri rahayu
Apa saja
tanda-tanda bayi post matur dan pengaruh terhadap ibu dan janin ...
3.Lela
Komplikasi apa yang
terjadi pada ibu dan janin pada rupture sinus marginalis ...
4.Umi
Coba anda jelaskan
tanda gejala intra uterine vetal death serta penanganannya ...
5.Ayu andira
Bagaimana cara
melakukan deteksi terhadap solusio plasenta ...
6.Mega safitri
Bagaimana
penanganan kita apabila saat persalinan diketahui insersi pelekatan plasenta
velamentosa ...
7.Indah Sari
Coba jelaskan
tujuan plasenta disecsio dan apa pengaruh terhadap janin nya ...
No comments:
Post a Comment