Sunday, April 21, 2013



MAKALAH ASKEB IV
*      Perdarahan Ante Partum
·         Solusio Plasenta
·         Plasenta Previa
·         Insersio Pelamentosa
·         Ruptura Sinus Marginalis
·         Plasenta Sirkum Valata
*      Kelainan Dalam Lamanya Kehamilan
·         Prematur
·         Postmatur
·         Intra Uterine Growth Retardation (IUGR)
·         Intra Uterine Fetal Death ( IUFD )
·         Kehamilan ganda
D
I
S
U
S
U
N
Oleh :
Lusia Natalis Pinem
Santa Sisilia M.J. Bangun
Fita Saragih
LOGO AKBID 2011.bmpDosen Pembimbing : Sri Wahjuni SB,S.SiT,MPH



AKADEMI KEBIDANAN PEMKO TEBING TINGGI
T/A :20012/2013


PERDARAHAN ANTEPARTUM
DEFINISI
          Perdarahan pada kehamilan harus selalu dianggap sebagai kelainan yang berbahaya. Perdarahan pada kehamilan muda disebut keguguran atau abortus, sedangkan pada kehamilan tua disebut perdarahan antepartum. Batas teoritis kehamilan muda dan kehamilan tua ialah kehamilan 22 minggu, mengingat kemungkinan hidup diluar uterus.
          Perdarahan antepartum biasanya dibatasi pada perdarahan jalan lahir setelah kehamilan 22 minggu, walaupun patologis yang sama dapat pula terjadi pada kehamilan sebelum 22 minggu. Perdarahan setelah kehamilan22 minggu biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya dari pada sebelum kehamilan 22 minggu, oleh karena itu, perlu diberikan penanganan yang berbeda. Perdarahan anterpatum yang bersumber pada kelainan plasenta, yang secara klinis biasanya tidak terlampau sukar untuk menentukannya ialah plasenta previa dan solusio plasenta ( atau abrupsio plasenta ). Oleh karena itu, klasifikasi klinis perdarahan anterpartum dibagi sebagai berikut : 1) plasenta previa, 2) solusia plasenta ,3) perdarahan anterpartum yang belum jelas sumbernya. Perdarahan anterpatum yang belum jelas sumbernya itu mungkin oleh rupture sinus marginalis yang biasanya tanda dan gejalanya tidak seberapa khas. Mungkin juga karena plasenta letak rendah atau vasa previa. Plasenta letak rendah baru menimbulkan perdarahan antepartum pada akhir kehamilan atau pada permulaan persalinan. Vasa previa baru menimbulkan perdarahan antepartum setelah pemecahan selaput ketuban. Perdarahan yang bersumber pada kelainan serviks dan vagina biasanya dapat diketahui apabila dilakukan pemeriksaan dengan speculum yang seksama. Kelainan-kelainan yang mungkin tampak ialah erosion porsionis uteri, karsinoma porsionis uteri, arises vulva, dan trauma.
          Pada umumnya penderita mengalami perdarahan pada triwulan 3, atau setelah kehamilan 28 minggu. Setiap perdarahan pada kehamilan lebih dari 22 minggu yang lebih banyak dari perdarahan yang biasanya terjadi pada permulaan persalinan biasa, harus dianggap sebagai perdarahan antepartum. Apapun penyebabnya, penderita harus segera dibawa ke rumah sakit yang memiliki fasilitas untuk transfuse darah dan operasi. Jangan sekali-sekali melakukan pemeriksaan dalam pada penderita atau ditempat yang tidak memungkinkan tindakan operatif segera karena pemeriksaan itu dapat menambah banyak perdarahan. Pemasangan tempon pada vagina tidak berguna sama sekali untuk menghentikan perdarahan, malahan akan menambah jumlah perdarahan karena sentuhan pada serviks sewaktu pemasangannya. Selagi sebelum jatuh kedalam keadaan syok, infus cairan intravena harus segera di pasang, dan diperhatikan terus segera dipasang, dan dipertahankan terus sampai tiba di rumah sakit. Memasang jarum infus kedalam pembuluh darah sebelum terjadi syok akan jauh memudahkan transfuse darah, apabila sewaktu-waktu dibutuhkan.Segara setelah tiba di rumah sakit, usaha pengadaan darah harus dilakukan walaupun perdarahanya tidak seberapa banyak. Pengambilan contoh darah penderita untuk pemeriksaan golongan darahnya, dan pemeriksaan kecocokan dengan donornya harus segera dilakukan. Dalam keadaan darurat pemeriksaan seperti itu mungkin terpaksa ditunda karena tidak sempat dilakukan sehingga terpaksa langsung mentransfusikan darah yang golongannya sama dengan golongan darah penderita, atau mentransfusikan darah golongan O rhesus positif, dengan penuhi kesadaran akan segera bahayanya. Pertolongan selanjutnya dirumah sakit tergantung dari paritas, tuanya kehamilan, banyaknya perdarahan, keadaan ibu, keadaan janin, sudah atau belum mulainya persalinan, dan diagnosis yang ditegangkan.
( Rukiyah, Ai Yeyeh. 2011. “Patologi Kebidanan”)
* KLASIFIKASI
Perdarahan antepartum dapat dibagi antara lain :
1.             Kelainan plasenta
Yaitu plasenta previa, solusio plasenta, atau perdarahan ante partum yang belum jelas sumbernya, seperti :
·  Insersio Velamentosa
·  Rupture sinus marginalis
·  Plasenta sirkumvalata
2.             Kelainan serviks dan vagina, biasanya tidak begitu berbahaya.
(Mochtar, Rustam. 1998. ”Sinopsis Obstetri”)
A.    SOLUSIO PLASENTA
1. DEFINISI
          Solusio Plasnta merupakan terlepsnya plasenta yang letaknya normal pada korpus uteri yang terlepas dari perlekatannya sebelum janin lahir. Kejadian ini sering terjadi dalam kehamilan triwulan ketiga dan bisa juga pada setiap saat dalam kehamilan >22 minggu dengan berat janin >500 gr disertai dengan pembekuan darah. (rustan 2002)
*      KLASIFIKASI
Menurut cara lepas, dibagi menjadi :
1.             Solusio Plasenta Parsialis, dimana hanya sebagian kecil pinggir plasenta yang terlepas dari tempat perlekatannya.
2.             Solusio Plasenta totalis atau komplit, dimana plasenta terlepas seluruh dari tempat perlekatannya.
a.              Secara Klinis dibagi mejadi :
1.    Solusio Plasenta ringan, yakni rupture sinus marginalis atau terlepasnya sebagian kecil plasenta yang tidak berdarah banyak, sama sekali tidak mempengaruhi ibu dan janinnya. Dengan gejala : perdarahan pervaginam yang berwarna kehitaman dan sedikit sekali, perut agak terasa sakit dan agak tegang.
2.    Solusio Plasenta sedang, plasenta lebih dari seperempat tetapi belum sampai dua pertiga luas permukaannya, ditandai perdarahan pervaginam kehitaman, perut mendadak sakit, nyeri tekan uterus.
3.    Solusio Plasenta berat, plasenta lebih dari dua pertiga permukaannya, erjadinya sangat tiba-tiba, biasanya ibu syok dan janinnya telah meninggal.
( Rukiyah, Ai Yeyeh. 2011. “Patologi Kebidanan”)
b.             Ada yang membagi menurut penyebabnya, yaitu :
1.    Non toksik : biasanya ringan dan terjadi sewaktu partus.
2.    Toksik : lebih parah, terjadi pada trimester III dan terjadi kelainan-kelainan orgaik.
                        (Mochtar, Rustam. 1998. ”Sinopsis Obstetri”)
3.      ETIOLOGI
Solusio plasenta hingga kini belum diketahui dengan jelas,walaupun beberapa keadaan tertentu dapat menyertai seperti:umur ibu yang tua >35 tahun, karena kekuatan rahim ibu berkurang pada multiparitas; penyakit hipertensi menahun, kerena peredaran darah ibu terganggu sehingga suplay darah kejanin tidak ada; trauma abdomen, seperti terjatuh telungkub, tentangan anak yang sedang digendong. Karena pengecilan yang tiba-tiba pada hidramnion dan gemeli; tali pusat yang pendek, karena pergerakan janin yang banyak atau bebas; setelah versi luar sehingga terlepasnya plasenta, karena tarikan tali pusat.
                   ( Rukiyah, Ai Yeyeh. 2011. “Patologi Kebidanan”)

4.      DIAGNOSA
Diagnosa yang dapat diambil yaitu antara lain :
1.             Solusio Plasenta
2.             Plasenta Previa
3.             Ruptura Uteri

5.      KOMPIKASI-KOMPLIKASI
1.             Komplikasi Langsung (  Immediate )
Yaitu perdarahan, infeksi dan emboli dan syok obstetric.
2.             Komplikasi tidak Langsung ( delayed )
a.          Couvelair uterus, sehingga kontraksi tidak baik yang menyebabkan                                  terjadinya perdaraha postpartum.
b.          Hipo-fibrinogenemia dengan perdarahan postpartum.
c.          Nekrosis korteks renalis, menyebabkan anuria dan uremia.
d.         Keruakan-kerusakan organ seperti hati,hipofisis, dll.
(Mochtar, Rustam. 1998. ”Sinopsis Obstetri”)

6.      PATOFISIOLOGI
Perdarahan dapat terjadi dari pembuluh darah atau uterus yang membentuk hemotoma pada desidua,
sehingga plasenta terdesak dan akhirnya terlepas. Apabila perdarahan sedikit, hemotoma yang kecil itu hanya akan mendesak jaringan plasenta, perdarahan darah antara uterus dan plasenta belum terganggu, dan tanda serta gejala pun tidak jelas. Kejadian baru diketahui setelah plasenta lahir, yang pada pemeriksaan didapatkan sekungan pada permukaan maternalnya dengan bekuan darah yang berwarna kehitam-hitaman.Biasanya perdarahan akan berlangsung terus-menerus karena otot uterus yang telah meregang oleh kehamilan itu tidak mampu untuk lebih berkontraksi menghentikan perdarahannya.Akibatnya, hematoma  retroplasenter akan bertambah besar, sehinnga darah akam menyuludup di bawah selaput ketuban keluar dari vagina atau menebus selaput ketuban masuk kedalam kantong ketuban atau mengadakan ekstravasasi diantara serabut-serabut otot uterus.
Apabila ekstravasasinya berlangsung hebat,
maka seluruh permukaan uterus akan berbercak biru atau ungu.hal ini disebut uterus couvelaire (perut terasa sangat tegang
dan nyeri), akibat kerusakan jarinagan miometrium dan pembekuan retroplasenter, maka banyak trabosit akan masuk kedalam peredaran darah ibu, sehinnga terjkadi pembekuan intravaskuler dimana-mana, yang akan menghabiskan sebagian besar persediaan fibrinogen. Akibatnya, terjadi hipofibrinogenemi yang menyebabkan gangguan pembekuan darah tidak hanya di uterus, akan tetapi juga pada alat-alat tubuh lainnya.
( Rukiyah, Ai Yeyeh. 2011. “Patologi Kebidanan”)

7.      PENANGANAN
       Penanganan pada pasien yang mengalami solusio plasenta tergantungpada berat ringannya kejadian, dibawah ini akan dijelaskan antara lain :
1.                  Pada kondisi solusio plasenta ringan, jika keadaan janin masih banyak dilakukan penanganan secara koservatif kemudian menganjurkan ibu untuk melakukan semi fowler (setengah duduk) lalu mengobservasi tanda-tanda vital setiap 15 menit dan memantau denyut jantung bayi.
2.                  Inspeksi tempat perdarahan, mengajarkan ibu untuk melakukan pemeriksaan cardiotopograf ( CTG ) untuk memonitor keadaan janin.

Gambar : Solusio Plasenta

B.     PLASENTA PREVIA
1. DEFINISI
          Plasenta previa adalah plasenta ada didepan janin lahir (prae=didepan;vias;jalan).jadi yang dimaksud adalah adalah plasenta yang implatasinya tidak normal ialah rendah sekali sehinnga menutupi seluruh atau sebagian ostium internum.implantasinya plasenta yang normal adalah pada dinding depan atau dinding belakang rahim didaerah fundus uteri.(winknjosastro,1999).
          ( Rukiyah, Ai Yeyeh. 2011. “Patologi Kebidanan”)

2. KLASIFIKASI
          Ada beberapa penulisan yang menganjurkan bahwa penegakn diagnose adalah sewaktu moment opname yaitu tatkala penderiksa diperiksa.
Menurut de snoo, berdasarkan pada pembukaan 4-5 cm :
1.             Plasenta Previa sentralis, bila pembukaan teraba plasenta menutupi seluruh ostium.
2.             Plasenta Previa lateralis, bila permukaan ditutupi oleh plasenta, dan ini dapat dibagi mejadi:
a.              Plasenta Previa Lateralis Posterior : bila sebagian osteum menutupi bagian belakang.
b.             Plasenta Previa Lateralis Anterior : bila sebagian osteum menutupi bagian depan.
c.              Plasenta Maginalis : bila sebagia kecil atau hanya pinggir osteum yang ditutupi plasenta.
Menurut Browne :
a.              Tingkat I : Lateral Plasenta Previa
Pinggir bawah plasenta berinsersi sampai ke segmen bawah rahim, namun tidak sampai ke pinggir pembukaan.
b.             Tingkat II : Marginal Plasenta Previa
Plasenta sampai mencapai pinggir pembukaan (osteum).
c.              Tingkat III : Complete Plasenta Previa
          Plasenta menutupi osteum waktu tertutup, dan tidak menutupi bila pembukaan hamper lengkap.
d.             Tingkat IV : Central Plasenta Previa
          Plasenta menutupi seluruhnya pada bagian pembukaa hamper lengkap.

3.      ETIOLOGI
          Disamping masih banyak penyebab plasenta previa yang belum diketahui atau blum jelas, bermacam-macam teori dan factor dikemukakan sebagai etiologinya.
1.             Endometrium yang inferior
2.             Korion leave yang persisten
3.             Korpus lueum yang bereaksi lambat.

FACTOR-FAKTOR ETILOGI ADALAH SEBAGAI BERIKUT :
a.              Umur dan paritas
-                 Primigarvida, umur diatas 35 tahun lebih sering daripada umur dibawah 25 tahun.
-                 Lebih sering pada paritas tinggi daripada rendah.
-                 Di Indonesia menurut Toha, Plasenta perevia banyak dijumpai pada umur muda dan paritas kecil.
b.             Hipoplasia Endometrium : bila kawin  dan hamil pada umur muda.
c.              Endometrium cacat pada bekas persalinan yang berulang-ulang, bekas operasi, kuretase, dan manual plasenta.
d.             Korpus Luteum berkontraksi lambat, dimana endometrium belum siap menerima hasil konsepsi.
e.              Tumor, seperti mioma uteri, polip endometrium.
f.              Kadang-kadang pada malnutrisi.
(Mochtar, Rustam. 1998. ”Sinopsis Obstetri”)

4.      GAMBARAN KLINIK
          Perdarahan tanpa alas an dan tanpa nyeri merupakan gejala utama dan pertama pada plasenta previa. Perdrahan dapat terjadi selagi penderita tidur atau bekerja biasa. Perdarahan pertama biasanya tidak banyak, sehingga tidak akan berakibat fatal. Akan tetapi, perdarahan berikutnya hamper selalu lebih banyakdaripada sebelumnya, apalagi kalau sebelumnyadilakukan pemeriksaan dalam.
          Dengan bertambahnya tua kehamilan, segmen bawah rahim akan lebih melebar lagi, da seviks mulai membuka, apabila plasenta tumbuh pada segmen bawah uterus, pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan servikstidak dapat diikuti oleh plasenta yang melekat disitutahap terlepasnya sebagian plasenta dari dinding uterus.
Makin rendah letak plasenta, makin dini perdarahan terjadi, oleh karena itu, perdarahan pada plasenta previa totalis akan terjadi lebih dini daripada plasenta lebih rendah, yang mungkin baruberdarah setelah persalinan mulai.

5.      DIAGNOSE
          Untuk mengejan diagnose pasti kejadian plasenta previa maka hal-hal dibawah ini hars dilakukan, antara lain :
1.             Anamneses : perdarahan jalan lahir pada kehamilan setelah 2 minggu berlangsung tanpa nyeri, tanpa alasan, terutama pada multigravida.
2.             Inspeksi : dapat dilihat perdarahan yang kelua pervaginam banyak sedikit atau darah beku.
3.             Pemeriksaan fisik ibu : tanda-tanda vital ibu.

6.      PENANGANAN
1.             Penanganan plasenta previa leteralis dan marginalis
a.              Lakukan amniotomi
b.             Berikan oksitosin setiap setengah jam 2,5 satuan.
c.              Bila dengan amniotomi perdarahan belum berhenti lakukan versi Braxton hicks.
d.             Bila perdarahan belum berhenti lakukan secio sesariea.
                
(Mochtar, Rustam. 1998. ”Sinopsis Obstetri”)
 Gambar : Plasenta Previa
C.    INSERSIO VELAMENTOSA
1. DEFINISI
Insersio velamentosa adalah tali pusat yang tidak berinsersi pada jaringan plasenta, tetapi pada selaput janin sehingga pembuluh darah umbilicus berjalan diantara amnion dan korion menuju plasenta. (Sarwono, Ilmu Kebidanan. 2005 ).

2. ETIOLOGI
Insertio velamentosa ini biasanya terjadi pada kehamilan ganda, sumber makanan ada pada plasenta akan menjadi rebutan oleh janin, sehingga dengan adanya rebutan tersebut akan mempengaruhi kepenanaman tali pusat (insersi).

3. PATOFISIOLOGI
Pada insertio velamentosa ali pusa yang dihubungkan dengn plasenta oleh pembuluh-pembuluh darah yang berjalan dengan selaput janin. Kalau pembuluh darah tersebut berjalan ddaerah osteum uteri internum maka disebut vasa previa. Hal ini dapt berbahaya bagi janin, karena bila ketuban pecah pada permukaan persalinan, pembuluh darh dapt terkoyak dan terjadi perdarahan.

4. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala belum diketahui pasti, perdarahan pada insersi velamentosa ini terlihat jika telah terjadi vasa previa yaitu perdarahan segera setelah ketuban pecah dan karena perdarahan ini berasal dari anak.
Satu-satunya cara mengetahui adanya insetio velamentosa ini disebut terjadinya perdarahan  adalah USG.
( Rukiyah, Ai Yeyeh. 2011. “Patologi Kebidanan”)
 Gambar : Insersio Velamentosa
D.    RUPTURA SINUS MARGINALIS
1. DEFINISI
          Rupture Sinus Marginalis atau disebut juga Solusio Plasenta ringan, dimana terdapat pelepasan sebagian keciil plasenta yang tidak berdarah banyak. Apabila terjadi perdarahan pervaginam, wananya kehitaman-hitaman dan sedikit sakit. Tekanan darah tinggi dan tidak ada gawat janin. Salah satunya tanda yang menimbulkan kecurigaan adanya solusio plasenta ringan adalah perdarahan pervaginam yang berwarna kehita-hitaman. ( Sarwono. 2005 ).

2. PREDISPOISI
          Penyebab primer rupture sinus marginalis belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa factor yang menjadi predisposisi :
1.             Factor trauma,
2.             Factor usia ibu,
3.             Factor penggunaan kokain,
4.             Factor kebiasaan merokok,
5.             Riwayat plasenta previa sebelumnya,
6.             Meskipun penyebarannya sampai kini belum diketahui dengan pasti, tetapi lebih kepada perlekatan plasenta dan usia kehamilan yang semakin tua terjadi pada pertengahan segmen bawah rahim, pembuluh darah robek. Letaknya mendekati atau menutup sama sekali pembukaan jalan lahir.
( Sarwono, Prawirohardjo. Ilumu Kandungan. 2005 )

3. DIAGNOSIS
Dari hasil anamneses terdapat perdarahan pervaginam, warnanya kehitam-hitaman dan sedikit sakit. Perut terasa agak sakit dan tegang. Pada waktu persalinan, perdarahan terjadi tanpa sakit dan menjelang pembukaan lengkap peru di fikirkan kemungkinan perdarahan karena sinus marginalis yang pecah.

4. PROGNOSIS
Prognosis pada ibu sangat tergantung pada luasnya plasenta yang terlepas dari dinding uterus. Prognosis janin pada rupture sinus marginalis kematian janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas dari dinding uterus dan tua kehamilan.

5. MANIFESTASI KLINIK
Upturn sinus margnalis sama sekali tidak mempengaruhi keadaan ibu ataupun janinnya. Apabila terjadi perdarahan pervaginam, warnanya akan kehitam-hitaman dan jumlah sedikit sekali, perut teras agak sakit. Salah satu tanda yang menimbulkan kecurigaan adanya solusio plasenta ringin ini adalah perdarahan pervaginam yang berbeda dengan  plasenta previa yang berwarna merah segar.
                  


Gambar : Rupture Sinus Margginalis






E.     PLASENTA SIRKUMVALATA
1. DEFINISI
Plasenta sirkumvalata adalah plaseta yang pada permukaan vetalis dekat pinggir terdapat cincin putih. Cincin ini menandakan pinggir plasenta, sedangkan jeringan di sebelah luarnya terdiri dari villi yang tumbuh kesamping dibawah desidua. Diduga bahwa corionfrondosum terlalu kecil dan untuk mncukupi kebutuhan, villi menyerbu kedalam desidua di luar permukaan frondosum, plasenta jenis ini tidak jarang terjadi. Insidensinya lebih kurang 2-18 %. Menurut beberapa ahli plasenta sirkumvalata serin menyebabkan abortus dan solusio plasenta. Bila cincin putih ini letaknya dekat sekali ke pinggir plasenta, di sebut plasenta marginata. Kedua-duanya disebut sebagai plasenta ekstra coriel. Pada plasenta marginata mungkin terjadi adeksi dari selaput sehingga plsenta lahir telanjang tertinggalnya selaput ini dapat menyebabkan perdarahan dan infeksi. Diagnosis plasenta sirkumvalata baru dapat ditegakan setelah plasenta lahir tetapi dapat diduga bila ada perdarahan intermiten atau hidrorea.

2. ETIOLOGI
          Diduga bahwa corion frondosum terlalu kecil dan untuk mencukupi kebutuhan, villi menyerbu kedalam deisua di luar permukaan  frondosum.

3. PATOFISIOLOGI
          Menurut para ahli sirkum valata ini erring menyebabkan abortus dan solusio plasenta. Bila cincin putih ini letaknya dekat sekali ke pinggir plasenta.

4. DIAGNOSE
          Baru dapat ditegakkan setelah plasenta lahir tetapi dapat di duga bila ada perdarahan intermitan atau hidrorea.
        Gambar : Plasenta Sirkumvalata

II. KELAINAN DALAM LAMANYA KEHAMILAN
A.    PREMATURE
1. DEFINISI
          Persalinan yang berlangsung pada usia kehamilan 20-37  minggu dipertimbangkan sebagai persalinan prematur dan terjadi pada kurang lebih 10% persalinan di Amerika Serikat. Kendati program pencegahan persalinan prematur, terapi farmakologis untuk persalinan premature dan upaya mengenali faktor risiko persalinan prematur telah digalakkan,angka persalinan prematur tidak berubah selama 40 tahun terakhir.
2. FACTOR RESIKO
          Faktor risiko : Lebih dari setengah jumlah wanita hamil yang melahirkan prematur diketahui tidak memiliki faktor risiko untuk persalinan prematur.
1.             Faktor demografis  :  ibu dari ras kulit hitam,  status sosio-ekonomi yang rendah, usia <18 tahun atau >40 tahun.
2.             Kesehatan umum  : stres pribadi tinggi, nutrisi buruk;berat ibu sebelum hamil rendah; anemia, bakteriuria, kondisi-kondisi medis, seperti diabetes, asma dan pielonefritis, penyakit jantung pada ibu, merokok (risiko 2x lipat), penyalahgunaan zat (risiko 3x lipat).
3.             Pekerjaan : pekerjaan yang banyak menuntut kemampuan fisik, berdiri terlalu lama, bekerja dalam shift, dan bekerja di malam hari.
4.             Kondisi uterus : Kelainan, cedera pada serviks atau abnormalitas (termasuk pajanan dietilstilbestrol (DES) di dalam uterus, konisasi serviks, atau riwayat induksi aborsi pada trimester kedua), fibroid, atau kontraksi uterus yang berlebihan, dan infeksi.
5.             Faktor obstetric : persalinan prematur sebelumnya pada kehamilan usia antara 16 dan 36 minggu (2-3x risiko: semakin sering mengalami persalinan prematur),semakin dini usia kehamilan semakin besar risiko mengalami persalinan prematur,hasil yang di peroleh pada persalinan terakhir merupakan alat yang lebih akurat untuk menentukan perkiraan hasil persalinan kali ini), KPD, plasenta previa, inkompetensi serviks, abrupsio plasenta, preeklamsia, PJT, oligohidramnion, amnionitis, kelainan janin,perdarahan per vaginam setelah trimester pertama, perawatan prenatal kurang atau tidak ada sama sekali.
3. ETIOLOGI
           Etiologi Persalinan Prematur : Penyebab persalinan prematur tidak diketahui dan tampaknya disebabkan oleh banyak faktor. Pada beberapa kasus persalinan ini tidak dapat dicegah dan berhubungan dengan PJT.
4. KARAKTERISTIK PASIEN
           Kejadian prematuritas pada sebuah kehamilan akan dipicu oleh karakteristik pasien dengan : status sosio ekonomi yang rendah, termaksuddidalamnya penghasilan rendah, pendididkan yang rendah sehingga mempengaruhi pola nutrisi yang rendah; umur. Kehamilan pada usia 16 tahun dan primigavida >30 tahun; riwayat pernah melahirkan premature; pekerjaan fisik yang berat, tekanan mental (stress) atau kecemasan yang tinggi dapat meningkatkan kejadian premature; merokok lebih dari 10 batang sehari; penggunaan obat-obat bius/lokain (Obstetri Patologi; 2010).

5. FACTOR PREDISPOSISI
           Beberapa factor penyebab akan menambah keadaan prematuritas antara lain : infeksi saluran kemih; penyakit ibu seperti hipertensi dalam kehamilan, asma, penyakit jantung, kecanduan obat, kolestatis, anemia; keadaan yang menyebabkan distensi uterus berlebihan yaitu kehamilan multiple, hidramnion, diabetes, isoimunisasi Rh; perdarahan antepartum; infeksi umum pada ibu; tindakan bedah selama kehamilan; kehamilan dengan AKDR. (Obstetri Patologi; 10).

6. PENGOBATAN
          Penatalaksanaan dalam mengobati prematuritas lebih ditujukan untuk mencegah bayi lahir pematur dan jika harus lahir fungsi tubuh terutama paru-paru sudah matang, tindakannya antara lain :
1.             Tokolitik dengan menggunakan Magnesium Sulfat : dosis awal 4 gr intravena dilanjutkan dengan 1-3 gr/jam.
2.             Pematangan paru janin dengan pemberian kortiko steroid diberikan pada kehamilan 28-34 minggu dan 24 jam sebelum persalinan, perberian surfaktan.
3.             Metode kanguru untuk merawat bayi premature.

 Gambar : bayi Premature
B.     POSTMATURE
1. DEFINISI
Kehamilan Lewat waktu (PosT Term) adalah kehamilan yang melewati 294 hari atau lebih dari 42 minggu Lengkap. ( ILmu kebidanan: hal 317).
Postmatur menunjukan atau menggambarkan kaadaan janin yang lahir telah melampauhi batas waktu persalinannya, sehingga dapat menyebabkan beberapa komplikas.i(Buku Pengantar Kuliah Obsetri: hal 450).
Definisi standar untuk kehamilan lewat bulan adalah 294 hari setelah hari pertama menstruasi terakhir, atau 280 hari setelah ovulasi. Istilah lewat bulan (postdate) digunakan karena tidak menyatakan secara langsung pemahaman mengenai lama kehamilan dan maturitas janin. ( Varney Helen,2007).
2. ETIOLOGI
Etiologi menurut Nwosu dkk factor-faktor yg menyebabkan post matur stress, sehingga tidak timbulnya His Kurangnya air ketuban Insufisiensi plasenta ( ILmu Kebidanan: hal.318).
Namun ada juga yang berpendapat Etiologinya masih belum pasti. Faktor yang dikemukakan adalh hormonal yaitu kadar progesteron tidak cepat turun walaupun kehamilan telah cukup bulan, sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang ( Mochtar, Rustam, 1999). Diduga adanya kadar kortisol yang rendah pada darah janin. Selain itu, kurangnya air ketuban dan insufisiensi plasenta juga diduga berhubungan dengan kehamilan lewat waktu.
Fungsi plasenta memuncak pada usia kehamilan 38-42 minggu, kemudian menurun setelah 42 minggu, terlihat dari menurunnya kadar estrogen dan laktogen plasenta. Terjadi juga spasme arteri spiralis plasenta. Akibatnya dapat terjadi gangguan suplai oksigen dan nutrisi untuk hidup dan tumbuh kembang janin intrauterin. Sirkulasi uteroplasenta berkurang sampai 50%.Volume air ketuban juga berkurang karena mulai terjadi absorpsi. Keadaan-keadaan ini merupakan kondisi yang tidak baik untuk janin. Risiko kematian perinatal pada bayi postmatur cukup tinggi : 30% prepartum, 55% intrapartum, 15% postpartum.
Selain itu juga terjadinya kehamilan sirotinus antara lain:
1.             Hipoplasia hipofise
2.             Anensefalus
3.             Devisiensi enzim sulfarase plasenta
4.             Hormon estriol yang rendah

Pengaruh terhadap ibu dan janin
Terhadap ibu : partus lama, kesalahan letak, insersia uteri, perdarahan postpartum.
Terhadap janin : jumlah kematian janin/bayi pada kehamilan 43 minggu 3 kali lebih besar dari kehamilan 40 minggu, karena postmaturitas akan menambah bahaya pada janin. Pengaruh post maturitas pada janin bervariasi : berat badan janin dapat bertambah besar, tetp, dan ada yang berkurang, sesudah kehamilan 42 minggu. Ada pula yang bisa terjadi kematian janin dalam kandungan. Bayi besar dapat menyebabkan disproporsi sefalopelvik. Oligohidramnion dapat menyebabkan kompresi tali pusat, gawat janin sampai bayi meninggal. Keluarnya mekoneum yang dapat menyebabkan aspirasi mekoneum.
(Menurut Rustam Mochtar, Sinopsis Obstetri Jilid I, 1998)
3. DIAGNOSE
Dengan mengetahui hari pertama menstruasi maka kita akan dapat menentukan:
1.            Perhitungan kemungkinan waktu persalinan menurut Naegle
2.            Hasil pemeriksaan antenatal berupa:
a.             Janin besar untuk masa kehamilan (BMK)
b.            Janin kecil untuk masa kehamilan (KMK)
c.             Janin sama besarnya untuk masa kehamilan (SMK)
3.            Melalui perkiraan tahap aktivitas janin dalam rahim yang (sudah baku)
4.            Perbandingan dengan orang lain yang sudah bersalin
5.            Menggunakan ultrasonografi untuk memperkirakan berat, waktu persaliunan, menentukan biofisik profil janin, kesejahteraan intraureti. USG, Ukuran diameter bipariental, gerakan janin dan jumlah air ketuban
6.            Pemeriksaan rontgenologik, dapat dijumpai pusat-pusat penulangan pada bagian distal femur, bagian proksimal tibia, tulang kuboid, diameter bipariental 9,8 cm atau lebih.
7.            Pemeriksaan sitologik air ketuban : air ketuban diambil dengan amniosentesis, baik transvaginal maupun transabdominal. Air ketuban akan bercampur lemak dari sel-sel kulit yang dilepas janin setelah kehamilan mencapai lebih dari 36 minggu. Air ketuban yang diperoleh dipulas dengan sulfat biru nil maka sel-sel yang mengandung lemak akan berwarna jingga. Bila :
a.             Melebihi 10% : kehamilan di atas 36 minggu
b.            Melebihi 50% : kehamilan di atas 39 minggu
8.            Amnioskopi : melihat derajat kekeruhan air ketuban, menurut warnanya karena dikeruhi mekonium.
9.            Kardiotografi : mengawasi dan membaca DJJ, karena insufiensi plasenta
10.        Uji Oksitosin (stress test) : yaitu dengan infus tetes oksitosin dan diawasi reaksi janin terhadap kontraksi uterus. Jika ternyata reaksi janin kurang baik, hal ini mungkin janin akan berbahaya dalam kandungan.
11.        Pemeriksaan kadar estriol dalam urin
12.         Pemeriksaan PH darah kepala janin
13.        Pemeriksaan sitologi vagina
(Menurut Rustam Mochtar, Sinopsis Obstetri Jilid I, 1998)

Gambar : Postmature
C.    INTRA UTERINE GROWTH RETERDATION ( IUGR )
1. DEFINISI
          Intra Uterine Growth Reterdation ( IUGR ) / kematian janin dalam rahim yaitu kematian yang terjadi saat usia kehamilan lebih dari 20 minggu dimana janin sudah mencapai ukuran 500 gr atau lebih.
Ada dua bentuk PJT menurut Renfield (1975) yaitu:
1.             Proportionate Fetal Growth Restriction: Janin yang menderita distress yang lama di mana gangguan pertumbuhan terjadi berminggu-minggu sampai berbulan-bulan sebelum bayi lahir sehingga berat, panjang dan lingkar kepala dalam proporsi yang seimbang akan tetapi keseluruhannya masih di bawah gestasi yang sebenarnya.
2.             Disproportionate Fetal Growth Restriction: Terjadi akibat distress subakut. Gangguan terjadi beberapa minggu sampai beberapa hari sebelum janin lahir. Pada keadaan ini panjang dan lingkar kepala normal akan tetapi berat tidak sesuai dengan masa gestasi. Bayi tampak waste dengan tanda-tanda sedikitnya jaringan lemak di bawah kulit, kulit kering keriput dan mudah diangkat, bayi kelihatan kurus dan lebih panjang.
2. ETIOLOGI
Penyebab dari IUGR sering kali dipicu oleh ketidakcocokan rhesus darah ibu dan janin, ketidakcocokan golongan darah ibu dan janin, gerakannya janin terlalu aktif, penyakit pada ibu, kelainan kromosom, trauma saat hamil, infeksi pada ibu, kelainan bawaan janin, perdarahan antepartum, penyakit saluran kencing, penyakit endokrin, malnutrisi, dll.
3. MANIFESTASI KLINIK
Bayi-bayi lahir IUGR biasanya tampak kurus, pucat dan berkulit keriput; tali pusat umunya tampak rapuh dan lyu dibandingkan pada bayi normal yang tampak tebal dan kuat; IUGR muncul sebagai akibat dari berhentinya pertumbuhan jaringan atau sel.


4. DIAGNOSA
Penentuan diagnosa telah diperoleh dengan cara : anamnese, pemeriksaan yang meliputi palpasi, auskultasi, reaksi kehamilan, rontgen foto abdomen.
Faktor-faktor yang mempengaruhi IUGR yaitu antara lain :
1.       Faktor Ibu
          Ibu hamil dengan penyakit hipertensi, penyakit ginjal dan kardiopulmonal dan pada kehamilan ganda.
2.             Tinggi Fundus Uteri
          cara ini sangat mudah, murah, aman, dan baik untuk diagnosa pada kehamilan kecil. Caranya dengan menggunakan pita pengukur yang di letakkan dari simpisis pubis sampai bagian teratas fundus uteri. Bila pada pengukuran di dapat panjang fundus uteri 2 (dua) atau 3 (tiga) sentimeter di bawah ukuran normal untuk masa kehamilan itu maka kita dapat mencurigai bahwa janin tersebut mengalami hambatan pertumbuhan.
          Cara ini tidak dapat diterapkan pada kehamilan multipel, hidramnion, janin letak lintang. USG Fetomaternal, pada USG yang diukur adalah diameter biparietal atau cephalometry angka kebenarannya mencapai 43-100%. Bila pada USG ditemukan cephalometry yang tidak normal maka dapat kita sebut sebagai asimetris PJT. Selain itu dengan lingkar perut kita dapat mendeteksi apakah ada pembesaran organ intra abdomen atau tidak, khususnya pembesaran hati.
5. PENCEGAHAN
Beberapa penyebab dari PJT tidak dapat dicegah. Bagaimanapun juga, faktor seperti diet, istirahat, dan olahraga rutin dapat dikontrol. Untuk mencegah komplikasi yang serius selama kehamilan, sebaiknya seorang ibu hamil mengikuti nasihat dari dokternya; makan makanan yang bergizi tinggi; tidak merokok, minum alkohol dan menggunakan narkotik; mengurangi stress; berolahraga teratur; serta istirahat dan tidur yang cukup. Suplementasi dari protein, vitamin, mineral, serta minyak ikan juga baik dikonsumsi. Selain itu pencegahan dari anemia serta pencegahan dan tatalaksana dari penyakit kronik pada ibu maupun infeksi yang terjadi harus baik.

 Gambar : bayi IUGR
D.    INTRA UTERINE FETAL DEATH ( IUFD )
1.      DEFINISI
Kematian janin dalam rahim (IUFD) adalah kematian janin setelah 20 minggu kehamilan tetapi sebelum permulaan persalinan. Ini menyebabkan komplikasi pada sekitar 1%  kehamilan. Dengan munculnya cara diagnostik dan terapeutik yang lebih baru pada 2 dasawarsa yang lalu, penanganan IUFD telah beralih dari pemantauan berpengharapan ke campur tangan yang lebih aktif. (Hacker, 2001).
Kematian janin dalam rahim ialah kematian janin dalam uterus yang beratnya 500 gram atau lebih, usia kehamilan telah mencapai 20 minggu atau lebih. (Pengurus Besar Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia, 1991).
IUFD adalah keadaan tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin dalam kandungan baik pada kehamilan yang besar dari 20 minggu atau kurang dari 20 minggu. Kematian janin dalam kehamilan adalah kematian janin dalam kehamilan sebelum proses persalinan berlangsungpada usia kehamilan 28 minggu ke atas atau berat janin 1000 gram ke atas. (Rustam Muchtar, 1998).
IUFD adalah kematian hasil konsepsi sebelum dikeluarkan dengan sempurna dari rahim ibunya tanpa memandang tuanya kehamilan. (Sarwono, 2005).
Kematian janin didefinisikan sebagai kematian intrauterine sebelum seluruh produk   konsepsi manusia dikeluarkan. Ini tidak diakibatkan oleh aborsi terapeutik atau elektif. Kematian janin  ini yang disebut kematian intrauterine dan mengakibatkan lahir mati. (Bobak, 2004).

3.      ETIOLOGI
a.              Faktor plasenta
               i.                   Insufisiensi plasenta
             ii.                   Infark plasenta
           iii.                   Solusio plasenta
           iv.                   Plasenta previa
b.             Faktor ibu
               i.                   Diabetes mellitus
             ii.                   Preeklampsi dan eklampsi
           iii.                   Nefritis kronis
           iv.                   Polihidramnion dan oligohidramnion
             v.                   Shipilis
           vi.                   Penyakit jantung
         vii.                   Hipertensi
       viii.                   Penyakit paru atau TBC
           ix.                   Inkompatability rhesus
             x.                   AIDS
4.             Faktor intrapartum
               i.                   Perdarahan antepartum
             ii.                   Partus lama
           iii.                   Anastesi
           iv.                   Partus macet
5.             Faktor janin
               i.                   Prematuritas
             ii.                   Postmaturitas
           iii.                   Kelainan bawaan
           iv.                   Perdarahan otak
6.             Faktor tali pusat
               i.                   Prolapsus tali pusat
             ii.                   Lilitan tali pusat
           iii.                   Vassa praevia
           iv.                    Tali pusat pendek
7.              Tidak diketahui faktor penyebabnya

3. DIAGNOSE
Penetapan diagnose diperoleh dengan cara : anamnese, pemeriksaan yang meliputi palpasi, auskultasi, reaksi kehamilan, Rontegen foto abdomen.

4. PENANGANAN
1.             Bila disangka telah terjadi kematian janin dalam rahim jangan terburu-buru bertindak sebaiknya observasi dulu dalam waktu 3-4 minggu.
2.             Biasanya selama masih menunggu ini 70-90 % akan terjadi persalinan yang spontan.
3.             diagnose. Partus belum mulai lakukan induksi partus.
4.             Induksi partus dapat dimulai dengan pemberian estrogen atau langsung dengan pemberian oksitosin drip atau tanpa aniotomi.
( Rukiyah, Ai Yeyeh. 2011. “Patologi Kebidanan”)

        Gambar : bayi IUFD



E.     KEHAMILAN GANDA
1.      DEFINISI
Kehamilan kembar ada dua macam, yaitu :
1.             Kehamilan 2 telur atau dizigotik : dimana dua buah telur dibuahi oleh dua buah sperma. Kedua sel dapat bersal dari 1 ovarium atau masing-masing ovarium yang berkelainanjenis kelamin tidak sama; persamaan seperti adik dan kakak; golongan darah bisa berbeda; cap tangan dan kaki tidak sama; 2 plasenta, korion 2, amnion 2.
2.             Kehamilan 1 telur atau monozigotik : terjadi dari sebuah sel telur dan sebuah sel mani. Sel telur yang telah dibuahi kemudian membagi diri dalam dua bagian yang masing-masing tumbuh menjadi janin selalu sama jenis kelamin; golongan darah sama; cap tangan dan kaki sama; plasenta 1, korion 1, amnion 1 atau plasenta 1.
          Lamanya kehamilan kembar kira-kira 37 minggubera badan kira-kira kurang dari anak tunggal. Anak dengan jantung yang kuat mengakibatkan hidramnion karena pengeluaran air kencingnya lebih banyak.
          Kembar siam : disebabkan pemisahan lambat atau pemisahan tidak sempurna. Jika kedua punggungnya berhubungan disebut pisopagus, jika perut berhubungandisebut omfalopagus dan jika kepalanya yang berhubungan disebut kraniopagus.

3. DIAGNOSE
Untuk menegakkan diagnose maka perlu dilakukan :
1.             Anamnesis : Ibu merasa bahwa perutnya lebih besar dari kehamilan biasanya dan pergerakan anak lebih sering terasa, keluhan subjektif lebih banyak seperti perasaan berat, sesak nafas, bengkak kaki.
2.             Inspeksi : peut lebih besar dari usia kehamilan.
3.             Palpasi : fundus utri lebih tinggi dari tuanya kehamilan. Terasa tiga bagian besar atau dua bagian besar yang berdampingan.
4.             Auskultasi : terdengar bunyi jantung anak pada dua tempat yang sama jelasnya, perbedaan frekuensi sekurang-kurangnya 10/menit dihitung pada saat yang sama.
5.             Rontgen : tampak dua buah kerangka.
(Obstetri Patologi ; 54)

4. Penyulit kehamilan kembar
          Jika ibu didiagnosa mengalami kehamilan kembar, maka penyulit yang mungkin timbul adalah : ibu dapat mengalami Hidramnion, dengan adanya hidramnion meninggikan kematian bayi yang kemungkinan karena hidramnion mengakibatkan persalinan kurang bulan, Gestosis lebih sering terjadi, anemia, diakibatkan karena kebutuhan anak lebih banyak, dan mungkin karena kurang nafsu makan; persalinan kurang bulan, diakibatkan karena peregangan rahim yang berlebihan.
(Obstetri Patologi ; 55)

5. Perawatan Kehamilan Kembar
          Perawatan pada ibu dengan kehamilan kembar adalah : anjuran mengenai pengurangan aktifitas fisik yang berlebihan pada minggu 28 agar menurunkan terjadinya persalinan kerang bulan; istirahat kerja baru diberikan pada minggu ke 34; jangan melakukan perjalanan yang jauh; istirahat cukup; tidak melakukan koitus pada 3 bulan terakhir; diet makan rendah garam; anjurkan melakukan antenatal yang lebih sering; pemberian tablet Fe.

6. Komplikasi pada kehamilan kembar
          Kebutuhan ibu akan zat-zat makanan pada kehamilan kembar bertambah sehingga dapat menyebabkan anemia dan penyakit defisiensi lain.
Komplikasi pada ibu antara lain : anemia, hipertensi, partus prematurus, atonia uteri, perdarahan pasca salin hidramnion, plasenta previa, solusio plasenta, ketuban pecah dini.

          
Gambar : Kehamilan Ganda



















DAFTAR PUSTAKA
*             Rukiyah, Ai Yeyeh. 2011. “Patologi Kebidanan”. Jakarta : TIM.
*             http://thieryabdee.wordpress.com/2009/08/23/landasan-teori-serotinus-post-date-post-matur/
*             Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT.BPSP
*             Mochtar, Rustam, Sinopsis Obstetri Jilid 1, Ed. 2, Jakarta: EGC, 1998
*             Prof. dr. I.B.G. Manuaba, Sp.OG(K). dr. I. A. Chandranita Manuaba, Sp.OG. dr. I.B.G. Fajar Manuaba, Sp.O.Pengantar Kuliah Obstetric.Jakarta: EGC.2003.




















MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL
DENGAN PLASENTA PREVIA
1.      PENGKAJIAN 
A.    Data Subjektif
1.      Indentitas Pasien
          Nama Ibu   : NY.S                                 Nama Suami                :TN.A
          Umur                  : 26 Thn                                   Umur                           : 28 Thn
          Suku          : Batak                                Suku                            : Batak
          Agama       : Kristen                              Agama                         : kristen
          Pendidikan : D3                                     Pendidikan                  : S1       
          Pekerjaan   : PNS                                  Pekerjaan                     : Guru SMA
          Alamat       : Jl.Perdagangan                  Alamat                                    : Jl.Perdagangan
2.      Anamnese
Tanggal              :        3 April 2012    Pukul : 09.00               Di : Klinik bersalin
Kunjugan ke                :  III
a.       Alasan Kunjugan        : Untuk memeriksakan kehamilan
Keluhan      utama       : Tidak ada
b.      Riwayat Menstruasi
Menarche             :  13 Thn
Siklus Haid                  :  28 hari
Lamanya              :  7 Hari
Banyaknya          :  3 X ganti doek
Sifat Darah          :  encer
Warnanya            : merah
Dismenorhoe       :   tidak ada
Keluhan               :  tidak ada
c.       Riwayat Kehamilan , Persalinan dan Nifas yang lalu
N
o
Kehamilan
Persalinan
Bayi
Nifas
Tgl. Lahir/ umur
Usia kehamilan
cara
tempat
komplikasi
penolong
PB/ BB
Jenis kelamin
Umur sekarang
Laktasi
penyulit
ibu
bayi
1.

H
A
M
I
L

I
N
I


2.














a.Riwayat Kehamilan Sekarang
G:      1        P: 0            AB: 0
HPHT    :
TTP       :
Pemeriksaan antenatal                                     :  4   kali
Trimester I                                                       :  1   kali
Trimester II                                                      :  1   kali
Trimester III                                                    :  4   kali
Pergerakan fetus pertama kali                         :16    minggu
Bila Pergerakan sudah terasa, pergerakan anak dalam 24 jam terakhir :
Ö
 
<10x                        10x-20x                      <20x
Bila lebih dari 20x dalam 24 jam, dengan durasi :
<15 x”                         >15x”
Keluhan pada :
Trimester    I         :Tidak ada
Trimester    II      : Tidak ada
Trimester    III     : Ada
Keluhan-keluhan yang dirasakan ( bila ada jelaskan )
-     Rasa lelah                                                          :  Ada
-     Mual dan muntah yang lama                             :  Tidak ada
-     Nyeri Perut                                                                    :  Tidak ada
-     Panas Menggigil                                                :  Tidak ada
-     Sakit kepala berat/terus menerus                       :  Tidak ada
-     Penglihatan kabur                                              :  Tidak ada
-     Rasa nyeri , panas waktu BAK                         :  Tidak ada
-     Rasa gatal  pada vulva dan sekitarnya              :  Tidak ada
-     Pengeluaran cairan pervagina                            :  Ada
-     Nyeri, kemerahan, tegang pada tungkai            :  Tidak ada
-     Oedema                                                             :  Tidak ada
d.      Riwayat Perkawinan yang lalu
Satus perkawinan                                :  Syah
Umur ketika menika                :  Isteri :  20   Thn,    Suami : 25   Thn
Lamanya                                 :   5 Tahun

e.       Riwayat KB
Jenis Kontrasepsi                    :  Tidak ada
Efek samping                          :  Tiada ada
Lama Pemakaian                     :  Tidak ada
Alasan Distop                         :  Tidak ada

f.       Riwayat Ginekologi
Tumor Ginekologi                   :  Tidak ada
Operasi Ginekologi                 :  Tidak ada
Penyakit kelamin                     :  GO               : Tidak ada
                                                   Sipilis           : Tidak ada
                                                   Herpes          : Tidak ada
                                                   DLL             : Tidak ada
g.      Riwayat Penyakit  Sistemik yang pernah diderita :
-          Infek paru-paru   :  Tidak ada
-          Jantung                :  Tidak ada
-          DM                      :  Tidak ada
-          Ginjal                   :  Tidak ada
-          TBC                     :  Tidak ada
-          Hepatitis              :  Tidak ada
-          Hepertensi           :  Tidak ada
-          Epilepsi                :  Tidak ada
-          DDL                    :  Tidak ada
h.      Riwayat penyakit keluarga
-          Kanker                :  Tidak ada
-          Jantung                :  Tidak ada
-          DM                      :  Tidak ada
-          Ginjal                   :  Tidak ada
-          TBC                     :  Tidak ada
-          Cacat lahir           :  Tidak ada
-          Hipertensi            :  Tidak ada
-          Jiwa                     :  Tidak ada
-          DLL                    :  Tidak ada

i.        Pola Kebiasaan sehari-hari
-          Pola makan dan minum                       : …3…………. X/ hari
-          Perubahan makan yang dialami ( termasuk ngidam , nafsu makan , dll ) :………………………………..…………tidak ada…………………….
-          Pola istirahat dan tidur
Tidur siang          :  2   jam                  Tidur malam    :8    jam
Keluhan               :  Tidak ada
Cara mengatasi    :  Tidak ada
-          Seksualitas
Frekuensi             :  3    x/ minggu
Gangguan            :  Tidak ada
Cara mengatasi    :  Tidak ada

-          Pola eliminasi
BAK                           : 4     x/ hari
BAB                    : 1    x/ hari
-          Aktifitas sehari-hari
Pekerjaan                                                         :  PNS
Lama bekerja                                                   :     2      jam
Jarak tempuhketempat kerja                           :     3       km
Transfortasi yang digunakan                           :  Sepeda Motor
  
-          Prilaku sehat
Penggunaan alcohol/obat-obatan sejenis         :  Tidak ada
Obat-obat/jamu yang sering gunakan             :  Tidak ada
Merokok, makan sirih                                     :  Tidak ada
Iritasi vagina/ ganti pakaian                            :  Tidak ada

-          Riwayat Sosial
Apakah kehamilan ini direncanakan                           : Ya
Jenis kelamin yang diharapkan                                   : Laki-laki
Hubungan ibu dengan kekuarga, lingkungan             : Baik 
Rencana menyusui                                                      : Ada
Pengetahuan ibu tentang perawatan bayi                   : Baik
Susunan keluarga yang tinggal serumah                     : Nuclear family

-          Imunusasi
TT1             :  Kehamilan minggu ke 24 minggu
TT2             :  Kehamilan minggu ke 28   minggu

B.     DATA OBJEKTIF
Pemeriksaan Fisik
1.      Status generalis
a.       Pemeriksaan Umum
Kesadaran           :  Composmentis
Suhu                    :  36,3 OC
Tekanan Darah    : 120/80 mm/Hg
Nadi                    :  80 x/i
Pernafasan           :  22 x/i
Tinggi Badan              :  158 cm
BB sebelum hamil       :  60 kg
BB sekarang                :  75 kg
LILA                                       :  24 cm


b.      Pemeriksaan Sistemik
1.      Rambut               
Jenis rambut                            : Lurus
Distribusi                                 : Lebat
Kebersihan                              : Bersih
Kelainan                                  : Tidak ada
2.      Wajah
Cloasma gravidarum               : Ada
Oedema                                   : Tidak ada
Kelainan                                  : Tidak ada
3.      Mata
Sklera                                      : Pucat
Konjungtiva                            : Ichterus
Kelopak mata                          : Tidak pucat
Kelainan                                  : Tidak ada
4.      Hidung
Lubang hidung                        : Ada
Polip                                        : Tidak ada
Sekret                                      : Tidak ada     
Kebersihan                              : Bersih
Kelainan                                  : Tidak ada
5.      Mulut dan Gigi
Lidah                                       : Bersih
Tonsil                                      : Tidak ada pembengkakan
Stomatitis                                : Tidak ada
Caries                                      : Tidak ada
Kebersihan                              : Bersih
Kelainan                                  : Tidak ada
6.      Telinga
Keadaan                                  : Simetris
Kebersihan                              : Bersih
Kelainan                                  : Tidak ada
7.      Leher
Kelenjar Thyroid                     : Tidak ada pembengkakan
Pembuluh limfe                       : Tidak ada pembengkakan
Keadaan kulit                          : Baik
Kebersihan                              : Bersih 
Kelainan                                  : Tidak ada
8.      Dada
Bentuk payudara                     : Simetris
Areola Mamae                         : Hyperpigmentasi
Pembesaran                             : Sesuai usia kehamilan
Putting susu                            : Menonjol
Colostrum                               : Ada
Massa/ Benjolan                      : Tidak ada
Kebersihan                              : Bersih
Kelainan                                  : Tidak ada
9.      Punggung dan pinggang
Posisi Tulang Belakang           : Lordosis
Pinggang Nyeri                       : Tidak ada

10.  Ektrimitas atas dan bawah
Oedema tangan dan jari          : Tidak ada
Oedema Tibia                          : Tidak ada
Kekekuan sendi                      : Tidak ada
Varises  Tungkai                     : Tidak ada
Refleks patella ka/ki                : (+)
11.  Genetalia
Vulva dan vagina
-          Varises                                    : Tidak ada
-          Luka                                        : Tidak ada
-          Fistula                                     : Tidak ada
-          Kemerahan                  : Tidak ada
Pengeluaran  pervagina
-     Warna                                        : Merah
-     Jumlah                                       : 200 cc
-     Konsistensi                                : Tidak ada
Kelenjar Bartolini
-     Pembengkakan              : Tidak ada
-     Rasa Nyeri                     : Tidak ada
-     Bekas luka parut                        : Tidak ada
Anus
-                  Haemoroid                    : Tidak ada

2.      Status Obstetrika
a.       Abdomen
1.      Inspeksi
Pembesaran                             : Sesuai dengan tua kehamilan
Bekas luka  operasi                 : Tidak ada
Keadaan kulit
Striea lipid                               : Ada
Striea Albican                         : Ada
Linea Alba                               : Ada
Linea Nigra                             : Ada

2.      Palpasi
                        Leopold I   : TFU : 30 cm, TBJ = 2.790 gr.
                        Leopold II  : Teraba bagian keras, panjang, memapan disebelah kiri punggung ibu (Pu-Ki).
                        Leopold III         : Teraba bantalan pada segmen bawah rahim.
Leopold IV         : Bagian terbawah janin belum masuk PAP.
TBJ             : (30-12) x 155 = 2.790 gr
Posisi Janin          : Membujur
Kontraksi   : Tidak ada
Frekuensi    : Tidak ada
Kekuatan    : Tidak ada
3.      Auskultasi
Djj              : 143 x / i                                      Posisi               : Pu-ki
Frekuensi    : 11, 10, 11                                   Teratur/ Tidak Teratur

4.      Pelvimetri Klinik
Distansia Spinarum                 : 24 cm
Distansia Cristrum                  : 25 cm
Konjugata Ekterna                  : 20 cm
Lingkar panggul                      : 88 cm

5.      Pemeriksaan Dalam
-          Servik dan vagina                   : Tidak ada
-          Dinding  vagina                      : Tidak ada
-          Promontorium                         : Tidak ada
-          Linea Inominata                      : Tidak ada
-          Ackus  Pubis                           : Tidak ada
-          Spina   Iskhiadica                    : Tidak ada
-          Ujung  Sakrum                        : Tidak ada
-          Posisi  Serviks                         : Tidak ada

6.      Pemeriksaan Laboratorium
Darah                  
-          Hb                       : 9,4 gr %
-          Gol Darah            : -         
Urine
-          Protein                         : (-)
-          Glukosa                       : (-)

7.      Pemeriksaan Penunjang Lain
USG : Terlihat ada bagian yang menutupi jalan lahir yaitu plasenta.
II. INTERPRETASI DATA
                        Diagnosa    :
                         Ibu G : 1, P : 0, A : 0
hamil 32 minggu, janin tunggal hidup, intrauterin, (Pu-Ki), Presentasi bokong, belum masuk PAP, Ibu Plasenta Previa Totalis.
Data Dasar : 
G : 1           P : 0          AB : 0
HPHT          : 25 – 7 - 2011
TTP             : 1 – 5 - 2012
                        Leopold I   : TFU 30 cm, TBJ = 2.790 gr, difundus teraba lembek, tidak melentingdan melebar                           (bokong).
                        Leopold II  : Teraba, punggung di sebelah kiri ibu(Pu-Ki).
                        Leopold III         : Teraba bantalan pada segmen bawah rahim.
                        Leopold IV         : Bagian terbawah janin belum masuk PAP.
Masalah      :
1.      Gangguan rasa nyaman sehubungan dengan terjadinya P/V karena adanya plasenta previa totalis.
2.      Gangguan aktivitas sehubungan dengan terjadinya P/V Karena adanya plasenta previa totalis
Data Dasar :
1.      Ibu mengatakan cemas karena mengeluarkan darah banyak.
2.      Jumlah perdarahan 2 kain basah atau 200 cc, terjadi perdarahan secara tiba-tiba.
3.      Ibu mengatakan cepat merasa lelah,-ibu tidak boleh banyak beraktifitas karena akan memperbanyak perdarahan,
4.      Ibu mengatakan cepat merasa pegal-pegal pada pinggang.
K                        Kebutuhan                  :
1.      Anjurkan ibu untuk istirahat total/bedrest,
2.      Jangan banyak melakukan gerakan/aktivitas
Data Dasar          :  Ibu merasa cepat lelah

III. INDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL
1.      Potensial terjadi perdarahan antepartum pada ibu,
2.      Potensial terjadi gawat janin,
3.      Potensial terjadi Aspeksia pada janin.
IV. INDENTIFIKASI TINDAKAN SEGERA
1.      kolaborasi dengan dokter segera mungkin jika terjadi komplikasi yang lebih hebat,
2.      Penanganan / penatalaksanaan perdarahan Antepartum,
3.      Penatalaksanaan aspeksia pada BBL.
V. PERENCANAAN ( PLANNING )
1. Jelaskan pada ibu tentang kondisinya saat ini,
2. Observasi banyaknya perdarahan pervaginam dan tanda-tanda vital.
3. Penyuluhan tentang kebutuhan istirahat pada ibu
4. Penyuluhan tentang kebutuhan zat gizi dan nutrisi pada ibu hamil
5. Pemenuhan kebutuhan cairan dan nutrisi
6. Jelaskan pada ibu bahwa ibu tidak dapat melaksanakan persalinan secara normal tetapi harus secara secsio secareakarena ada plasenta yang menutupi jalan lahir.
VI.  IMLPEMENTASI
1.      Memberi  tahu ibu tentang hasil pemeriksaan
2.      Mengobservasi banyaknya perdarahan dan tanda-tanda vital
3.      Menjelaskan kepada ibu untuk istirahat total/bedrest
4.      Memberikan dukungan psikologis pada ibu
5.      Membberikan penkes tentang kebutuhan nutrisi ibu hamil
6.      Pemenuhan kebutuhan  cairan dan nutrisi
7.      Menjelaskan pada ibu bahwa ibu tidak dapat melaksanakan persalinan secara normal tetapi harus di secsio  secaria karena adanya plasenta yang menutupi jalan lahir.

VII. EVALUASI

Ibu mengerti tentang kondsi kehamilannya saat ini,bahwa ibu mengalami sebuah komplikasi dalam kehamilanya,dimana plasenta atau uri berada pada bagian bawah rahim ibu hamil 32 mg djj(+),bagian terbawah janin belum masuk PAP.








                                                                                            Tebing Tinggi , …………………2010              
                   Mahasiswi                                                                              Pembimbing         



            (                           )                                                                   (                                 )













Moderator       : HENNY MANURUNG
Sekretaris        : DIANA SARI
Observer          : LENNI RAYANI PURBA
Pertanyaaan Audiens :
1.Asti
*      Coba jelaskan komplikasi solusio plasenta dan penanganannya ...
2.Sri rahayu
*      Apa saja tanda-tanda bayi post matur dan pengaruh terhadap ibu dan janin ...
3.Lela
*      Komplikasi apa yang terjadi pada ibu dan janin pada rupture sinus marginalis ...
4.Umi
*      Coba anda jelaskan tanda gejala intra uterine vetal death serta penanganannya ...
5.Ayu andira
*      Bagaimana cara melakukan deteksi terhadap solusio plasenta ...
6.Mega safitri
*      Bagaimana penanganan kita apabila saat persalinan diketahui insersi pelekatan plasenta velamentosa ...
7.Indah Sari
*      Coba jelaskan tujuan plasenta disecsio dan apa pengaruh terhadap janin nya ...

No comments:

Post a Comment